MAKASSAR, EDELWEISNEWS.COM – Inovasi hanya bisa terwujud bila ada partisipasi dan kolaborasi dengan para pemangku kepentingan. Sehingga sekolah perlu membangun jejaring agar program inovasi yang direncanakan dapat terlaksana. Dalam hal kolaborasi, kita bisa belajar dari para youtuber yang saling berkunjung di kanal YouTube masing-masing, tanpa merasa tersaingi satu sama lain.
Begitu yang disampaikan Rusdin Tompo, penulis buku dan pegiat literasi, saat sosialisasi program inovasi PUSAKA di UPT SPF SD Inpres Cilallang, Sabtu, 18 Maret 2023. PUSAKA merupakan akronim dari pemberdayaan budaya, bahasa, keaksaraan dan sastra. Kegiatan ini juga untuk membangun persamaan persepsi dengan para guru yang hadir, sekaligus untuk mendapatkan masukan.
Rusdin Tompo yang dikenal sebagai pegiat Sekolah Ramah Anak (SRA) itu menyampaikan bahwa program inovasi tak hanya untuk kepala sekolah. Semua guru punya kesempatan sebagai inovator, di mana hasil inovasinya itu dilindungi oleh hukum. Guru inovator akan terdaftar sebagai pemilik hak cipta, hak atas kekayaan intelektual (HAKI).
Program inovasi PUSAKA di SD yang berada di Kelurahan Buakana, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar ini, merupakan pelaksanaan 18 Revolusi Pendidikan Walikota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto. Dalam visi Danny Pomanto di bidang pendidikan itu, ada poin yang menyebut tentang satu anak satu bakat, satu sekolah dua guru inovator, smart library, dan sekolah bintang lima.
Dijelaskan ada beberapa lomba inovasi yang bisa diikuti sekolah. Antara lain, Innovation Major Awards (IMA) yang diadakan Balitbangda Kota Makassar, dan Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) yang diselenggarakan Provinsi Sulawesi Selatan.
Kegiatan terkait program inovasi PUSAKA ini, kata Rusdin Tompo, bisa berupa menggambar kaligrafi lontaraq, saritilawah dalam bahasa Makassar atau Bugis, puisi berbahasa Makassar, Bugis, atau Toraja, serta pidato dalam bahasa daerah.
Bisa juga membuat pesan (quote) dalam bahasa daerah dengan huruf lontaraq. Karena banyak sekali paseng atau pappasang dari para leluhur yang relevan dengan pendidikan karakter. Bila perlu, ada kebijakan berupa penggunaan bahasa daerah pada hari tertentu. Misalnya, memberi salam, membuka acara dan lain-lain dengan memakai bahasa Makassar.
Seorang guru mengusulkan agar kegiatan Jumat Ibadah yang sudah rutin diadakan, bisa memasukkan kultum dalam bahasa daerah. Materi kultum ini pada setiap pekannya berbeda. Nanti semua materi kultum dalam bahasa daerah, lengkap dengan terjemahannya dibukukan.
Kepala UPT SPF SD Inpres Cilallang, Dra Hj Hasniah, megajak guru-gurunya memaksimalkan pojok baca yang ada di setiap kelas. Kelas-kelas juga bisa diisi dengan memajang memorabilia atau benda-benda yang punya nilai budaya. Lalu diberi narasi dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah serta aksara lontaraq.
Hasniah berharap, setiap kegiatan yang dilakukan dapat dimaksimalkan. Pendekatannya adalah sekali kegiatan dilakukan bisa mencakup beberapa aspek sekaligus. Dia juga berharap agar programnya nanti bisa melibatkan pihak kampus, khususnya yang memiliki fakultas/jurusan budaya dan bahasa daerah atau terkait dengan seni. Selama ini, kata Hasniah, sekolahnya banyak dibantu oleh media massa. (Ril)