BALI, EDELWEISNEWS.COM – “Kita ingin semakin banyak teman alumni yang menginspirasi dan berkontribusi bagi bangsa dan negara,” begitu kata Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (FH-UH) Angkatan ’87, Prof Andi Suryaman Mustari Pide.
Guru Besar Fakultas Hukum Unhas, yang akrab disapa Rury oleh teman seangkatannya itu, menambahkan perlunya saling dukung diantara sesama alumni angkatan ’87. Termasuk kepada teman-teman yang terjun di bidang politik dan akan maju sebagai calon anggota parlemen dalam pemilu 2024 nanti.
Rury menyampaikan hal itu di hadapan teman-temannya di New Moon Cafe, Jimbaran, Bali, Sabtu (19 Agustus 2023). Kegiatan ini merupakan rangkaian dari temu kangen IKA FH-UH ’87 “Reuni Hobiku”, dengan tema “Healing Beauty of Bali”, 17-19 Agustus 2023.
Muhammad Burhanuddin yang tampil berbicara juga menyampaikan hal senada. Menurutnya, semangat persaudaraan, kebersamaan, saling dukung dan saling peduli harus terus berlanjut. Meski kegiatan temu kangen semacam ini diadakan secara sederhana.
“Kalau ada undangan, luangkan waktu untuk ketemu-ketemu. Kita pernah sama-sama kuliah dan akan terus bersama,” kata lawyer yang berkiprah di ibukota Jakarta itu.
Dia juga menyampaikan bahwa setiap dari alumni harus bisa berperan sesuai profesi masing-masing. Berikan yang terbaik dari profesi yang digeluti, buat bangsa dan negara tercinta.
Alumni Fakultas Hukum Unhas ’87, tersebar di berbagai daerah di Indonesia dengan profesi yang beragam. Ada yang jadi akademisi, pengacara, notaris, hakim, dan jaksa. Ada juga yang jadi ASN, politisi, aktivis LSM, bankir, prajurit TNI, pengusaha, dan berbagai profesi lainnya.
Hari pertama di Bali, peserta temu kangen langsung diajak mencicipi makanan khas ayam betutu dengan sambal matah. Lalu lanjut ke Puri Saraswati dan Pasar Seni Ubud. Kemudian makan sup kepala ikan Mak Beng yang gurih dan segar.
IKA FH-UH ’87 berada di Pulau Dewata, dalam suasan peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-78. Sehingga, begitu berada di Gianyar, pada malam tanggal 17 Agustus 2023, mereka mengenakan pakaian bernuansa merah putih.
Pada hari kedua, rombongan ke Desa Penglipuran di Bangli. Suasana asri, rapi, dan bersih langsung terlihat. Penjor sebagai simbol Naga Basuki yang berarti kesejahteraan dan kemakmuran, berdiri indah sejauh mata memandang. Desa wisata ini memang merupakan salah satu desa terbersih di dunia.
Di desa yang memegang teguh nilai-nilai tradisional, terasa sekali nuansa religiusitasnya. Terdapat tiga pura dalam kawasan desa ini, yakni Pura Penataran, Pura Dalem dan Pura Puseh. Di sini rombongan tak hanya mengeksplor berbagai objek foto tapi juga mencicipi buah durian.
Tak henti-henti rombongan berdecak kagum pada keramahan warga Bali yang ditemui. Kultur pariwisatanya kuat dengan ekosistem pariwisata yang sudah sangat terbangun. Selama perjalanan, tour guide juga begitu informatif menceritakan objek wisata yang bakal didatangi lengkap dengan sejarah, ciri pembeda objek itu, serta apa saja yang bisa dibeli di sana.
Dari Desa Penglipuran, rombongan ke Kintamani menikmati keindahan Gunung Batur dan Danau Batur. Objek wisata ini mengingatkan kita pada Buttu Kabobong di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.
Setelah bersantap siang dengan latar pemandangan hijau di Grand Puncak Asri ini, kegiatan berlanjut ke Green Bali Adventure di Kecamatan Sukawati. Di sini rombongan menjajal alam desa dengan menaiki ATV. Meski semua peserta basah saat melewati air terjun yang sengaja dibuat untuk itu tapi rombongan mendapatkan pengalaman seru yang tak terlupakan.
Wisata terus berlanjut ke Negari Kopi Luwak. Di lokasi yang juga terdapat rumah adat Bali ini, rombongan menyeruput kopi khas Bali dan teh yang berada di antara kebun cokelat. Rombangan temu kangen selama di Bali ini bagai disuguhi paket lengkap, mulai dari wisata alam, kuliner, budaya, hingga belanja di sentra oleh-oleh yang merupakan ikonik di Bali.
Penulis : Rusdin Tompo