
Penulis: Mulyadi (Opu Tadampali)
Dosen Universitas Indonesia
Pada awal abad ke-19, Inggris sedang mengalami perubahan sosial dan ekonomi besar-besaran. Revolusi Industri tidak hanya membawa perubahan dramatis pada struktur sosial dan ekonomi masyarakat, tetapi juga menciptakan ketimpangan yang besar antara kaya dan miskin. Terhadap realitas yang timpang itu, William Cobbett tidak hanya bersuara kritis, tapi juga menulisnya dalam dua bukunya yang bisa anda baca dengan dua pokok pertanyaan yang cukup menohok,yaitu:(1) _"why should they be rich, and we poor?"_ (mengapa mereka kaya, dan kami miskin?) dalam "Rural Rides" (1830); dan (2) _"the labourer's wife and children must be clothed and fed; and why should not the labourer himself be clothed and fed?"_ (istri dan anak-anak buruh harus dikasihi dan diberi makan; mengapa buruh itu sendiri tidak?) dalam "The (weekly)Political Register" (1816).
Secara umum, Cobbett menyoroti tiga masalah serius, yaitu: (1)Korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan oleh elit politik dan ekonomi;(2)Penindasan terhadap hak-hak petani dan buruh dan (3) Pengangguran dan kemiskinan dikalangan petani dan buruh. Tiga masalah serius dalam bidang politik dan ekonomi ini merupakan akibat langsung dari kebijakan pemerintah Inggris yang terlibat dalam invasi terhadap negara lain, dan kebijakan ekonomi yang memperburuk ketimpangan sosial dan ekonomi.
Dalam sketsa biografis yang saya buat, William Cobbett(1763-1835) adalah tokoh penting dalam sejarah politik dan sosial Inggris abad ke-19. Ia lahir di Farnham, Surrey, Inggris dari keluarga petani miskin dengan pendidikan terbatas namun dengan semangat membaca dan belajar yang tinggi. Cobbet seorang politikus, jurnalis, dan aktivis sosial Inggris. Sebelum pindah ke Amerika Serikat (1792-1800) untuk bekerja sebagai guru dan jurnalis, Cobbett berkarier di militer Inggris selama tujuh tahun (1784-1791). Delapan tahun di Amerika, Ia kembali ke Inggris dan mendirikan surat kabar "The Political Register"(1802),lalu menjadi anggota Parlemen Inggris selama periode 1804-1835.
Kontribusinya terhadap advokat hak-hak buruh-petani dan sebagai kritikus keras sistem politik Inggris, serta pendukung reformasi parlemen, membuatnya menjadi perhatian para ilmuan sosial. Bahkan sebagai pengkritik kapitalisme dan industrialisasi, serta pendukung agrarianisme dan hak-hak petani termasuk mengadvokasi pendidikan dan hak-hak rakyat menjadikan Cobbett sebagai tokoh penting yang berpengaruhi terhadap gerakan buruh dan sosialis, serta dianggap sebagai salah satu pendiri gerakan demokrasi Inggris.
Oligarki Kembar Tiga Indonesia
Cobbett tidak secara eksplisit mengucapkan kalimat “Jika kamu harus kaya, mengapa kami harus miskin?” yang menjadi judul tulisan pendek saya ini. Namun, pertanyaan menohok Cobbett dalam bukunya “Rural Rides” (1830): “Why should they be rich, and we poor? (mengapa mereka kaya, dan kami miskin?) dalam mengkritik ketimpangan ekonomi dan sosial Inggris tetap serupa dengan pertanyaan yang saya ajukan dalam memprotes kerakusan Oligarki Kembar Tiga Indonesia.
Cobbett menggunakan pertanyaan retoris untuk mengkritik sistem ekonomi dan sosial Inggris pada masa itu. Sedangkan saya menggunakan pertanyaan tematik dan kontekstual untuk mengkritik ketimpangan Indonesia di semua bidang. Pertanyaan saya di judul tulisan ini, bisa anda gunakan dalam berimajinasi membandingkan kondisi Indonesia dengan kondisi Inggris lewat “roh kritik” pidato Clement Attlee, Perdana Menteri Inggris dari Partai Buruh (1945-1951) atau pertanyaan serupa dari John Smith, pemimpin Partai Buruh (1992-1994) dalam debat Parlemen (1993): “Why should the many be poor, and the few rich?” (Mengapa yang banyak harus miskin, dan yang sedikit yang kaya?”).
Membayangkan betapa buruknya situasi yang dikritik Cobbett, tetap tidak lebih buruk dari situasi Indonesia sekarang ini. Mengapa demikian? Meski di Inggris pada masa itu hanya ada dua jenis oligarki, yakni oligarki politik dan oligarki ekonomi, tetap membuat para politisi bersuara keras. Sementara di Indonesia sekarang terdapat tiga aktor oligarki yang saling menjaga atau melindungi dan saling membesarkan, tapi hampir tidak ada politisi yang konsisten bersuara keras. Buruknya situasi politik Indonesia karena tiga aktor oligarki bekerja sama membuat kerusakan, yakni: (1) Badut politik (oligarki politik) dengan aktor utama pejabat politik hitam; (2) Bandar politik (oligarki ekonomi), dengan aktor utama pengusaha hitam; dan (3) Bandit politik (oligarki sosial) dengan aktor utama kaum intelektual hitam.
Secara imajinatif, anda bisa membayangkan betapa kuatnya bauran kekuasaan (wewenang, pengaruh, dan kekuatan) yang dimiliki oleh Oligarki Kembar Tiga dalam mengontrol dan mengendalikan politik Indonesia. Ketiganya saling memberi proteksi dan konsesi dalam melakukan kejahatan politik di semua bidang. Mereka dengan mudah mengontrol dan mengendalikan politik Indonesia lewat operasi rahasia dari empat kelompok gabungan tiga oligarki, yaitu:
(1) Satuan Pengumpan (feeder unit), yang bertugas menggalang semua politisi, pejabat, aktivis, aparat, dan intelektual agar tidak membenci oligarki dengan cara iming-iming dan suap politik (uang, barang, jasa, pangkat/jabatan, dan atau seks);
(2) Satuan Pemburu (hunter unit), yang bertugas mendata seluruh politisi/pejabat, aparat, aktivis, tokoh agama (toga), tokoh masyarakat (tomas), tokoh adat (todat), tokoh pemuda (toda), intelektual (terutama akademisi, peneliti, pengamat) dan lainnya yang dianggap menolak atau memusuhi oligarki;
(3) Satuan Balas Dendam (vengeance unit), yang bertugas mengeksekusi orang yang dianggap membahayakan oligarki. Caranya cukup sadis, karena bisa lewat extra judicial killing, unlawful killing, atau pengrusakan reputasi/nama baik dan
(4) Satuan Pengganti (reflacement unit), yang bertugas “beternak” oligarki melakukan sirkulasi kekuasaan beserta pengamannya. Oligarki baru yang “diternakkan” akan mengganti pejabat tinggi yang dianggap tidak patuh lagi.
Dengan penjelasan singkat saya ini, anda tentu sudah bisa menjawab pertanyaan saya dengan cara memahami alasan dan sebab mengapa yang segelintir itu bisa super kaya dan mayoritas itu bisa super miskin. Jika tak ada upaya menghentikannya, maka dalam waktu cepat kekayaan segelintir Kelas Atas semakin membesar menjadi super kaya, dan pada saat yang sama kemiskinan mayoritas kelas tengah dan kelas bawah menyatu menjadi kelas super miskin. Tak percaya? Jika tak percaya, biarlah waktu yang memaksa anda untuk percaya, saat mobokrasi jadi kenyataan.
Editor: Bastian