
Intisari Khutbah Jum’at, di Masjid Istiqlal,11 Jumadil Akhir 1446 H/ 13 Desember 2024 M)
Oleh : Dr. H. Basnang Said, S.Ag., M.Ag
(Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren,
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI
“Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala, Tuhan Maha Kuasa yang telah menciptakan kehidupan ini dengan segala keindahan dan keberagamannya. Dialah yang melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga hingga hari ini kita masih diberi kesempatan untuk hidup dalam ketenteraman dan kedamaian di negeri yang penuh keberagaman, yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Indonesia adalah anugerah yang besar, negeri yang dihiasi oleh keberagaman suku, agama, bahasa, dan budaya. Namun, di tengah semua perbedaan itu, kita tetap bersatu di bawah semangat Bhinneka Tunggal Ika. Sebuah kebanggaan yang harus kita syukuri dan rawat bersama sebagai amanah dari Allah subhanahu wata’ala.
Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, suri teladan kita semua. Manusia yang paling mulia, yang diutus Allah subhanahu wata’ala untuk membawa rahmat bagi seluruh alam. Beliau mengajarkan kita bagaimana memuliakan manusia tanpa melihat latar belakangnya, tanpa membedakan warna kulit, status sosial, atau kepercayaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hadir di tengah umat manusia untuk meruntuhkan sekat-sekat diskriminasi dan membangun peradaban yang adil, beradab, dan berlandaskan kasih sayang serta perdamaian.
Sidang jamaah Jumat rahimakumullah.
Dalam momen yang mulia ini, khatib ingin mengingatkan kepada diri khatib sendiri dan kepada kita semua, marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata’ala. Ketakwaan adalah landasan utama yang akan menuntun langkah kita di jalan yang benar, menjauhkan kita dari perbuatan yang tidak diridhai-Nya, dan mendekatkan kepada rahmat-Nya yang tidak terbatas. Mari kita jadikan ketakwaan ini sebagai cahaya yang menerangi setiap sisi kehidupan kita, baik dalam habluminallah yaitu hubungan kita dengan Allah subhanahu wata’ala maupun habluminannas dalam hubungan kita dengan sesama manusia.
Tema khutbah hari ini adalah Kemanusiaan untuk Mengatasi Problematika Kebangsaan. Sebuah tema yang sangat relevan dengan kondisi bangsa kita saat ini, di mana berbagai permasalahan sosial, konflik, dan ketimpangan masih menjadi tantangan besar. Dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, nilai-nilai kemanusiaan adalah fondasi yang tidak boleh diabaikan. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya :”Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti”. (QS. Al-Ḥujurāt :13)
Ayat ini memberikan pelajaran mendalam bahwa kebe ragaman adalah anugerah Allah subhanahu wata’ala yang harus kita syukuri dan kelola dengan bijak. Perbedaan bukanlah alasan untuk saling bermusuhan, melainkan peluang untuk saling mengenal, memahami, dan bekerja sama dalam membangun bangsa.
Sidang jamaah Jumat yang dimuliakan Allah.
Islam mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki martabat yang tinggi di mata Allah subhanahu wata’ala. Dalam QS. Al-Isra’: 70, Allah berfirman:
۞ وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْٓ اٰدَمَ وَحَمَلْنٰهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰهُمْ عَلٰى كَثِيْرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلًا
Artinya : “Sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam dan Kami angkut mereka di darat dan di laut. Kami anugerahkan pula kepada mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna”(QS. Al-Isrā’ :70)
Ayat ini menegaskan bahwa setiap manusia, tanpa memandang latar belakangnya, memiliki hak untuk dihormati dan dimuliakan. Ketika kita mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan, maka kita sebenarnya telah merusak tatanan yang telah Allah tetapkan.
Salah satu penyebab utama problematika kebangsaan yang kita hadapi saat ini adalah kurangnya penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Ketika manusia lebih mengutamakan ego, kepentingan pribadi, atau kelompok tertentu, maka konflik dan perpecahan menjadi bagian yang tidak terhindarkan. Padahal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada kita pentingnya membangun hubungan kemanusiaan yang harmonis. Beliau bersabda:
اَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ، حَتَّى يُحِبَّ لِأَ خِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Hadis ini menegaskan bahwa kemanusiaan adalah inti dari iman. Ketika kita mencintai dan menghormati sesama, maka kehidupan bermasyarakat akan berjalan dengan damai dan penuh harmoni.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah.
Untuk mengatasi berbagai problematika kebangsaan, peningkatan kualitas kemanusiaan menjadi hal yang sangat penting. Salah satu jalan utama untuk mencapainya adalah melalui pendidikan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya) : “Barang siapa yang menghendaki dunia, maka hendaklah ia memiliki ilmu. Barang siapa yang menghendaki akhirat, maka hendaklah ia memiliki ilmu. Dan barang siapa yang menghendaki keduanya, maka hendaklah ia memiliki ilmu” (HR. Tirmidzi).
Pendidikan adalah kunci utama dalam membangun manusia yang berkualitas, baik secara intelektual maupun moral. Salah satu pendidikan Islam tertua di Indonesia adalah pondok pesantren memiliki peran yang sangat strategis sebagai lembaga pendidikan Islam yang mampu menjawab tantangan zaman.
Pesantren tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga membangun karakter santri untuk menjadi individu yang bertakwa, berakhlak mulia, dan cinta terhadap kemanusiaan. Di pesantren, para santri diajarkan untuk menghormati perbedaan, menjunjung tinggi keadilan, dan menjaga perdamaian. Nilai nilai inilah yang menjadi landasan kuat bagi kehidupan bermasyarakat yang harmonis.
Sebagai lembaga pendidikan Islam yang telah eksis selama berabad-abad, pesantren memberikan ruang pembelajaran yang holistik. Di satu sisi, pesantren memperkuat pemahaman terhadap ajaran Islam, sementara di sisi lain, pesantren juga membekali santri dengan wawasan kebangsaan. Hal ini sejalan dengan visi pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang menjadi salah satu prioritas nasional.
Pendidikan pesantren sangat relevan dengan salah satu agenda besar pembangunan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia melalui penguatan pendidikan berbasis keagamaan. Salah satu visi ini juga tercermin dalam Asta Cita Kabinet Merah Putih, sebuah konsep pembangunan yang mengedepankan penguatan sumber daya manusia melalui pendidikan yang inklusif dan berorientasi pada nilai-nilai kemanusiaan.
Pesantren memiliki potensi besar untuk melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional dan spiritual. Santri yang lulus dari pesantren diharapkan mampu menjadi agen perubahan yang membawa solusi atas berbagai permasalahan bangsa, seperti kemiskinan, ketimpangan, dan konflik sosial.
Sidang jamaah Jumat rahimakumullah.
Dalam sejarahnya, pesantren telah menjadi benteng moral bangsa. Ketika nilai-nilai kemanusiaan diajarkan dengan kuat, santri tidak hanya memahami ajaran agama secara mendalam, tetapi juga mampu menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat. Mereka menjadi individu yang peduli terhadap sesama, berani membela keadilan, dan memiliki semangat untuk memajukan bangsa.
Sebagai umat Islam, kita memiliki tanggung jawab besar untuk mendukung pendidikan, terutama pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai agama dan kemanusiaan. Dengan memberikan perhatian pada pesantren dan lembaga pendidikan lainnya, kita sedang menjalankan amanah besar untuk membangun bangsa yang unggul dan harmonis.
Menghormati nilai-nilai kemanusiaan bukan hanya tugas individu, tetapi juga tanggung jawab kolektif sebagai bangsa. Ketika kita menjadikan kemanusiaan sebagai landasan dalam setiap aspek kehidupan, maka kita sedang membangun fondasi yang kokoh untuk mengatasi problematika kebangsaan.
Mari kita renungkan kembali pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang bersabda (yang artinya) : “Sesungguhnya orang-orang yang penyayang akan disayangi oleh Allah Yang Maha Penyayang. Maka sayangilah mereka yang ada di bumi, niscaya yang di langit akan menyayangi kalian” (HR. Tirmidzi).
Hadis ini mengingatkan kita bahwa kasih sayang adalah kunci dari segala kebaikan. Ketika kita menebarkan kasih sayang kepada sesama, maka Allah akan melimpahkan kasih sayang-Nya kepada kita.
Sidang jamaah Jumat rahimakumullah.
Sebagai penutup, mari kita jadikan nilai-nilai kemanusiaan sebagai pedoman dalam setiap langkah kehidupan kita. Mari kita dukung pendidikan, terutama pendidikan pesantren, sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas kemanusiaan. Dengan menghormati sesama, menjaga persatuan, dan menebarkan kasih sayang, kita sedang berkontribusi dalam membangun bangsa yang penuh kedamaian dan keberkahan.
Demikianlah khutbah yang singkat ini, Semoga kita bisa meniru dan mempraktikkannya dalam kehidupan bersosial. Di Jum’at yang berkah ini marilah kita intopeksi diri, menghadirkan hati semoga Allah membimbing kita menjadi manusia yang berbudi luhur, yang mampu memegang teguh tauhid serta menghormati kemanusiaan dirinya dan orang lain.
Sumber : RST/Humas dan Media Masjid Istiqlal