
MAKASSAR, EDELWEISNEWS.COM – Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah menerima mahasiswa pertukaran Indonesia-Jepang, di Rumah Jabatan (Rujab), Jalan Jenderal Sudirman Makassar, Minggu (23/2/2020).
Gubernur Sulsel berharap semua mahasiswa pertukaran pelajar asal Jepang ini dapat mengenal Indonesia lebih dalam, mulai dari budaya sampai dengan tempat-tempat destinasi wisata di Sulsel.
Semua mahasiswa Jepang maupun Indonesia tidak hanya datang belajar di Indonesia, tapi juga diajak untuk menikmati keindahan Ramang-ramang di Maros, Pantai Bira dan melihat langsung bagaimana proses pembuatan kapal phinisi di Bulukumba.
“Mereka datang ke sini bukan hanya pertukaran pelajar, tapi juga bagaimana mereka melihat tempat wisata di kita. Ajak mereka melihat orang buat kapal phinisi di Bulukumba, karena disana tidak ada orang buat kapal tanpa gambar. Dan saat mereka pergi jalan-jalan di Pantai Bira Bulukumba nanti pulang bisa singgah di Pantai Marina Bantaeng,” jelasnya.
Panitia sekaligus peserta pertukaran pelajar Indonesia-Jepang asal Indonesia, Meysi Azkiyah menjelaskan, program pertukaran pelajar ini bernama SUIJI ( Six Universities Indonesia Japan Initiative) sudah berlangsung sejak 2012 silam. SUIJI ini merupakan, kerjasama Unhas, IPB, UGM, Ehime University, Kochi University dan Kagawa University.
“Jadi mereka ini adalah gabungan dari beberapa Universitas dari Jepang. Programnya itu berlangsung selama kurang lebih tiga Minggu, mereka datang sejak 17 Februari kemarin ke Indonesia untuk melakukan pengabdian (KKN),” jelas Meysi.
Mahasiswi asal Jepang ini berjumlah 11 orang dan 1 orang dosen dari Ehime University
“Jadi sebelumnya mahasiswa dari Indonesia sudah datang ke Jepang untuk kegiatan yang sama, kemudian tanggal 17 Februari lalu mereka datang ke Indonesia untuk melakukan pengabdian disini,” tambah Meysi lagi.
Meysi mengaku, sebelum mahasiswa asal Jepang ke Indonesia, terlebih dahulu mahasiswa asal Indonesia berkunjung ke Jepang dan pada kunjungan tersebut dirinya mendapatkan banyak pelajaran dan pengalaman batu.
Pengalaman pertama didapatkan, bagaimana seluruh mahasiswa asal Indonesia melihat langsung perbedaan antara budaya Indonesia dengan Jepang. Mulai dari masalah kedisiplinan, kebersihan, menghargai orang lain dan yang paling penting bagaimana mereka sangat menghargai waktu.
“Mereka tidak senang terlambat, tidak suka orang lain menunggu. Kami banyak belajar bagaimana menghargai orang lain dan menghargai waktu,” kata Meysi.
Sementara, Mahasiswa Ehime University Jepang, Arata mengaku, sangat berkesan selama berada di Indonesia dan dirinya juga berharap dapat belajar banyak terutama apa masalah di Indonesia khususnya di Sulsel.
“Kesan pertama saya ini adalah sangat indah, saya merasa berterima kasih telah menyambut kami. Saya ingin melihat juga banyak permasalah di sini yang bisa kami pelajari dari program ini. Selama program ini, bila kami bisa, kami ingin memberikan dampak kepada masyarakat lokal di Lakkang,” jelasnya. (*)
Editor : Jesi Heny