MAKASSAR, EDELWEISNEWS.COM – Bagi anak-anak yang tinggal di pulau-pulau terluar Kota Makassar, memunculkan cerita tersendiri. Demikian juga dengan tenaga pengajarnya. Dengan keterbatasan sarana dan prasarana, tetapi tidak mengurangi semangat mereka untuk menuntut ilmu.
Gambaran semangat dan bahagia inilah yang bisa ditemui di wajah-wajah mereka di sekolah Jantung Inspirasi, Pulau Lanjukang, Makassar.
Pulau ini dihuni oleh 15 kepala keluarga. Pulau ini memiliki sekolah yang beratapkan seng, berdinding kayu dan berlantai semen yang baru selesai diperbaiki. Tercatat ada 13 siswa SD di sekolah tersebut. Sebelumnya, kondisinya sangat tidak representatif. Berbagai organisasi masyarakat juga banyak yang membantu.
Walaupun tidak memiliki pendingin udara, dengan dinding setengah terbuka, suasana cukup terasa sejuk dengan hembusan angin laut.
Anak-anak masing-masing memegang buku bacaan dan juga mengeja materi yang diberikan oleh dua orang guru yang merupakan bagian dari Guru Pejuang Pelosok. Dua guru merupakan warga lokal yang diminta untuk mengajar.
“Kalau kita sekarang, penduduk asli sini?” tanya Gubernur Sulsel, Prof HM Nurdin Abdullah, yang datang berkunjung di tengah jam belajar siswa, Sabtu, 21 November 2020.
Ia kemudian ikut mengajar anak-anak membaca bersama. Ia mengaku senang karena mereka sudah dapat membaca dan menulis dengan baik.
Selanjutnya, Nurdin berdialog dengan guru dan ketua RT untuk mengetahui kendala yang ada. Seperti buku tulis, hanya satu untuk semua mata pelajaran.
“Insya Allah, hari ini kita kirim ke sini buku dan alat-alat tulis,” janjinya.
Salah seorang tenaga pengajar, M Ilham mengatakan, semangat anak-anak pulau untuk belajar begitu besar. Sehingga ia tetap mengajar hingga hari Sabtu.
“Setelah melihat anak-anak dan memberikan pelajaran ini 1 Oktober lalu, sampai sekarang ini. Kemarin-kemarin hanya belajar dua tiga hari dalam seminggu. Kita lihat ini setiap hari reguler, karena minat belajar yang tinggi,” ucapnya.
Ia sendiri dan guru lainnya, Hada, telah mengajar sebulan lebih. Menggantikan Guru Pejuang Pelosok lainnya yang telah mengajar selama tiga bulan. Hada adalah warga asli Lanjukang, Ilham sendiri tinggal di pulau lainnya dan pulang setiap hari Minggu.
Ia berjuang mengajar, karena anak-anak pulau harus bisa mendapatkan hak yang sama dengan mereka yang berada di daratan utama. Ada pun usia anak yang diajar mulai dari kelas satu hingga enam, dari tujuh hingga 14 tahun.
“Anak-anak di sini harus dapat hak yang sama dengan yang di kota maupun pulau-pulau lain. Artinya, membutuhkan pendidikan. Saya bersama Ibu Hada melanjutkan perjuangan ini,” ucapnya. (hms)
Editor : Jenita