SELAYAR, EDELWEISNEWS.COM – Kabupaten Selayar masuk dalam.urutan ketiga terbesar angka prevalensi stunting (tubuh kerdil) tingkat Provinsi Sulsel, yaitu sekitar 46,0% pada tahun 2018. Wilayah ini termasuk lokus prioritas intervensi percepatan yang dipetakan oleh Kemenkes RI. Ini berdasarkan analisa situasi yang menggunakan berbagai macam metode.
Untuk mempercepat penurunan angka stunting, Gubernur Sulsel Prof. Nurdin Abdullah mencanangkan program Gammara’NA suatu gerakan masyarakat mencegah dan menanggulangi stunting melalui pendampingan keluarga 1.000 HPK di 11 kab/kota prioritas, termasuk Kabupaten Selayar.
Guna mengoptimalkan pendampingan gizi untuk penurunan stunting di Selayar, Dinas Kesehatan Sulsel bersama tim percepatan penanganan stunting berkunjung ke desa lokus di Kabupaten Selayar pada tanggal 2-4 Desember 2020. Kunjungan tersebut dalam rangka memberikan bimbingan teknis kepada konselor gizi berkaitan dengan kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi selama proses pendampingan berjalan. Selain itu, kunjungan lapangan ini diarahkan secara khusus mengamati kemajuan-kemajuan yang sudah diperoleh sebagai bahan perbaikan program Gammara’NA kedepan.
Kunjungan desa lokus di Kabupaten Selayar dilakukan di dua desa yaitu Desa Bontosunggu dan Desa Bontoborusu. Kegiatan yang dilakukan pada kunjungan ini adalah dialog bersama dengan konselor gizi, kepala desa, dan tokoh masyarakat serta keluarga 1.000 HPK.
Kabid Kesmas Dinkes Sulsel H. Moh Husni Thamrin, SKM, M. Kes menekankan keberlanjutan pendampingan kaitannya dengan perubahan yang sudah diperoleh saat ini.
“Perubahan yang ada saat ini masih bersifat sementara dan membutuhkan intervensi berkelanjutan untuk menghasilkan perubahan perilaku permanen. Pemerintah akan berupaya semaksimal mungkin, agar program Gammara’NA ini dapat terus dilanjutkan minimal satu tahun ke depan, supaya perubahan yang ada menjadi bermakna dalam menurunkan angka stunting,” ucapnya .
Pada kunjungan ini, Tim Percepatan Stunting yang turun ke lapangan adalah Prof. Arlin Adam, Dr. Andi Alim, SKM, M. Kes, Ahmad Ismail, S. KM., M. Kes, Haruna Inar, B.Sc dan Muhammad Nasir, S.KM., M. Kes
Menurut Prof. Arlin Adam, keberadaan konselor gizi di desa secara nyata terbukti mampu meningkatkan kesadaran keluarga 1.000 HPK dan mendorong keterlibatan lintas sektor di desa untuk aktif menangani stunting.
“Ia menekankan pendekatan komunikasi konseling berorientasi klien/masyarakat. Konselor mestilah memposisikan dirinya sebagai fasilitator yang memberi kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat mengungkapkan masalahnya dan menemukan solusi menurut kemampuan masyarakat,” ujarnya.
Secara teknis, Dr. Andi Alim memberikan arahan agar konselor menggunakan catatan untuk memantau perkembangan perilaku masyarakat setiap selesai dikonseling. “Ini agar menjadi dasar untuk pengembangan materi konseling pada kunjungan berikutnya,” harap Andi Alim.
Penulis : Jesi Heny