Sulsel Gunakan Model Kuadran Sosial dalam Pendampingan Stunting

0
254

MAKASSAR, EDELWEISNEWS.COM.- Program Gerakan Masyarakat Mencegah dan Menanggulangi Stunting atau Gammara”NA dicanangkan oleh Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah di Kab. Enrekang dan Kab. Bone. Dua kabupaten ini sebagai kabupaten lokus menurunkan konselor gizi, sebagai pendamping desa untuk memberi kesadaran kepada keluarga 1000 Hari Pertama Kehidupan.

Pengalaman pendampingan stunting di desa lokus diharapkan menghasilkan inovasi yang akan direplikasikan pada kabupaten lainnya. Pada tahun 2020 ini kabupaten lokus di Sulsel bertambah 9 kab/kota, sehingga jumlah kabupaten secara keseluruhan menjadi 11 kab di Sulsel. Guna mengorganisir pengalaman-pengalaman lapangan, maka Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel mengadakan serial Webinar dengan menghadirkan akademisi dan praktisi di bidangnya.

Pada seri Webinar pertama yang dilakukan hari Sabtu tanggal 24 Oktober 2020, menghadirkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Enrekang Soetrisno dan Kabupaten Bone Hj. Andi Kasmah Padjalangi, serta Prof Arlin Adam Sebagai tim konsultan percepatan penanganan stunting Provinsi Sulsel.

Moderator Webinar ini Dr. Andi Alim, S. KM, M. Kes. Acara Webinar dibuka oleh Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Sulsel, H. Moh. Husni Thamrin, S.KM., M. Kes. 397 peserta Webinar berasal dari seluruh wilayah di Indonesia

Prof. Arlin Adam dalam paparannya mengemukakan model Kuadran Sosial yang diformulasikan dari pengalaman lapangan dengan konsep-konsep ilmu sosial kesehatan.

Menurut Prof Arlin Adam, yang merupakan Guru Besar Bidang Promosi Kesehatan, Kuadran Sosial merupakan model pendampingan stunting yang menekankan gerak pendampingan dalam 3 arah. Yaitu arah horizontal dengan sasaran keluarga 1.000 HPK, gerak vertikal sasarannya pemerintah desa dan kecamatan, serta gerak diagonal sasaran penggerakan stakeholder.

“Kuadran merepresentasi ruang pendampingan memanfaatkan potensi desa untuk menggeser posisi keluarga 1.000 HPK dari beresiko menjadi aman,” terang Prof Arlin.

Lebih lanjut, Prof Arlin Adam mengharapkan agar model ini bisa disempurnakan dengan mengakomodir berbagai pandangan dari ahli dan para pendamping lapangan, sehingga modelingnya memudahkan kabupaten lain dalam mereplikasi penanganan stunting di wilayahnya.

Prof Arlin optimis jika model kuadran sosial stunting diterapkan secara terencana, maka Sulsel mampu menurunkan angka stunting dari sekitar 40% menjadi 14% pada tahun 2023.

Penulis : Andi Alim

Editor. : Jesi Heny

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini