PINRANG, EDELWEISNEWS.COM – Gubernur Sulawesi Selatan, Prof HM Nurdin Abdullah menyebut krisis moneter tahun 1998 membawa keberuntungan bagi petani tambak di Sulsel. Khususnya bagi masyarakat Pinrang, yang memiliki komoditas unggulan udang windu dan sitto yang mampu menggenjot perekonomian Sulsel.
“Kita akhir-akhir ini melihat dari televisi betapa dunia dalam kondisi tidak menentu ekonominya, beberapa negara ekonominya terus mengalami penurunan. Tapi saya ingin mengatakan pada kita semua, krisis ekonomi dunia 1998 justru membawa berkah bagi petani tambak,” jelas Prof Nurdin dalam sambutannya, di Demlot Podakan, Pinrang, Kamis (26/12/2019).
Nurdin Abdullah menjelaskan, kenaikan nilai dolar terhadap rupiah di tahun 1998 yang menyebabkan krisis ekonomi global justru berdampak positif pada nilai ekspor udang windu. Hal ini, kata Nurdin, menguntungkan para petambak.
“Kalau dunia (negara luar) boleh krisis, kenapa? Karena mereka basisnya pada industri otomotif, mobil elektronik dan sebagainya. Sementara kita adalah negara agraris, memilik penghasilan pertanian dan kelautan,” jelas Gubernur penerima Bung Hatta Award 2019 ini.
Menurut Nurdin, negara produsen otomotif dan elektronik menjadi pihak yang paling merasakan dampak negatif dari krisis ekonomi tahun 1998. Sebab, pada saat itu, masyarakt dunia menunda membeli peralatan elektronik dan otomotif. Berkebalikan dengan negara agraris seperti Indonesia, yang tidak kekurangan ekspor produk pertanian dan kelautan.
“Ketika harga dolar naik, daya beli masyarakat turun, maka produksi mobil itu akan menurun. Penurunan produksi karena ada orang menunda untuk membeli, mobil, motor dan lainnya, tapi kan tidak ada orang menunda makan dan minum,” pungkasnya. (hum)
Editor : Jesi Heny