Oleh : Tulus Wulan Juni
Hari ini, 17 Mei 2020. Perpustakaan Nasional RI genap berusia 40 tahun dan Hari Buku Nasional diperingati yang ke – 18 tahun. Perpustakaan dan buku tidak dapat dipisahkan, keduanya adalah satu kesatuan, bagaikan 2 sisi mata uang. Perpustakaan berasal dari kata Pustaka yang berarti kitab atau buku. Perpustakaan dalam bahasa Inggris disebut Library dan Library dari kata liber (latin) yang berarti buku. Perpustakaan dalam bahasa Belanda disebut Bibliotheek dari kata dasar biblos (Yunani) yang berarti buku.
Perpustakaan Nasional dan Hari Buku Nasional keduanya lahir di tangan Menteri Pendidikan. Perpustakaan Nasional didirikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Daoed Joesoef pada tanggal 17 Mei 1980 dengan Keputusan Menteri P & K Nomor : 0164/0/1980. Dan Hari Buku Nasional dicanangkan oleh Menteri Pendidikan Nasional, Abdul Malik Fadjar pada tanggal 17 Mei 2002.
Walau selisih 22 tahun, namun keduanya tidak dapat dipisahkan sebagai simbol peradaban manusia. Perpustakaan adalah buku itu sendiri.
Sebelum buku-buku karya cipta manusia itu terhimpun di perpustakaan, sejarah panjang perjalanan buku di nusantara terekam dalam jejak-jejak sejarah yang dimulai dari abad ke 9 hingga 13, di masa-masa kerajaan seperti Kerajaan Majapahit dengan naskah bukunya berbentuk daun lontar, dan pujangganya yang terkenal saat itu Mpu Prapanca dan Mpu Tantular.
Kemudian di Masa Penjajahan atau abad 17 hingga 19, pejuang-pejuang cerdas membuat perkumpulan untuk menghimpun buku dan membuat perpustakaan dengan jatuh bangun, dan disinilah disebut-sebut menjadi cikal bakal Perpustakaan Nasional. Perkumpulan itu bernama Bataviaasch Genootschop Van Konstenen Weten Schoppen yang didirikan sejak tahun 1778.
Setelah Indonesia merdeka, perkumpulan itu dibubarkan dan pada tahun 1952 diganti menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia. Perbukuan makin berkembang pesat saat itu dan banyak dilaksanakan berbagai pameran buku.
Begitu pentingnya keberadaan perpustakaan, maka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Daoed Joesoef mendirikan Perpustakaan Nasional RI pada tanggal 17 Mei 1980 dengan menggabungkan 4 perpustakaan besar di Jakarta, yakni Perpustakaan Museum Nasional, Perpustakaan Sejarah, Politik dan Sosial (SPS), Perpustakaan Wilayah DKI Jakarta dan Bidang Bibliografi dan Deposit, Pusat Pembinaan Perpustakaan. Status Perpustakaan Nasional adalah UPT dari Ditjen Kebudayaan Depdikbud.
Karena belum memiliki gedung tersendiri dan masih berpencar di 3 tempat, maka atas prakarsa Almarhum Ibu Tien Soeharto melalui Yayasan Harapan Kita, Perpustakaan Nasional memperoleh lahan 16.000 m2 beserta gedung berlantai 9 di Jl. Salemba Raya 28.A dan resmi ditempati pada tanggal 11 Maret 1989 atau 9 tahun setelah berdirinya Perpustakaan Nasional. Di tahun tersebut juga berdasarkan Keppres Nomor 11 Tahun 1989 ditetapkan Perpustakaan Nasional menjadi LPND (Lembaga Pemerintah Non Departemen) yang berkedudukan dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
Berdasarkan Keppres tersebut maka Perpustakaan Wilayah yang ada di setiap provinsi dan dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berubah menjadi bagian dari Perpustakaan Nasional RI. Setelah berselang 22 tahun berdirinya Perpustakaan Nasional RI, dan sepertinya ingin mengikuti jejak sejarah pendahulunya serta ingin menjadikan tanggal lahirnya Perpustakaan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan keberadaan buku, maka Menteri Pendidikan Nasional RI, Abdul Malik Fadjar mencanangkan Hari Buku Nasional tanggal 17 Mei 2020.
Ada 3 tujuan dari pencanangan tersebut, yakni menumbuhkan minat baca masyarakat Indonesia, melestarikan budaya kegemaran membaca dan meningkatkan penjualan buku.
Setelah lahirnya UU Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, maka menambah kuat status dan kedudukan Perpustakaan Nasional secara hukum.
Saat ini Perpustakaan Nasional telah memiliki gedung baru 27 lantai di Jl. Medan Merdeka Selatan yang diresmikan langsung oleh Presiden RI, Joko Widodo dan menjadi salah satu ikon kebanggaan masyarakat Indonesia, apalagi menjadi salah satu perpustakaan tertinggi di dunia.
Kemudian bagaimana dengan sahabatnya, buku ? Apakah nasib perbukuan juga menjulang tinggi seperti Perpustakaan Nasional. Seharusnya begitu halnya dan tidak sebaliknya. Perpustakaan dan buku harus tetap menjadi satu kesatuan seperti mata uang. Keduanya harus diikat atau dilekatkan dengan budaya kegemaran membaca.
Selamat memperingati hari lahir Perpustakaan Nasional RI ke – 40 tahun dan Hari Buku Nasional ke -18.
- Penulis adalah Pustakawan Dinas Perpustakaan Kota Makassar