MAKASSAR, EDELWEISNEWS.COM – Plh Kepala UPT SPF SD Negeri Parinring, Andi Etty Cahyani, S.Pd, merasakan manfaat dari pengembangan program inovasi di sekolahnya. Aktivitas sekolah menjadi dinamis, dan terjalinnya kerjasama antar warga sekolah yang dilandasi nilai dan tradisi gotong-royong.
Semangat yang dimiliki guru, murid, dan orangtua itu demi memajukan sekolah yang berada di Kelurahan Tamangapa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar itu.
Demikian disampaikan Andi Etty Cahyani, setelah mengikuti Rapat Koordinasi Inovasi dan Teknologi terkait Pelaksanaan Lomba Innovative Mayor Award (IMA) 2024, yang diadakan di Ruang Sipakatau Balaikota Makassar, Selasa (3 September 2024).
Kegiatan sosialisasi ini diadakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kota Makassar sebagai penyelenggara IMA 2024.
Andi Etty menambahkan, dampak dari penerapan program inovasi Eko-Skul, sejak 2 tahun terakhir, sangat terasa. Karena lingkungan sekolah menjadi lebih bersih, indah dan sehat. Eko-Skul merupakan inovasi untuk mengembangkan ekosistem sekolah dalam mengelola daur ulang sampah menjadi produk kreatif. Inovasi ini sudah memperoleh HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) dari Kemenkumham RI.
Di sekolahnya, juga pernah dirintis program inovasi yang diberi nama KRISPI. Program KRISPI, akronim dari Kreasi Ekspresi Seni Parinring, merupakan sebuah inovasi yang memberikan ruang guna tumbuhnya talenta-talenta terbaik murid-murid SD Parinring di bidang seni.
SD Negeri Parinring, lanjut Andi Etty, juga telah merencanakan program inovasi PILAJARA, akronim dari implementasI pembelajaran aktif kreatif menyenangkan. Metode pembelajaran ini dihadirkan agar kualitas pendidikan yang dihasilkan sekolah semakin baik.
Masih ada lagi inovasi lain yang tengah dirancang. Yakni, pembelajaran luar ruang, disingkat PELURU. Program inovasi terkait literasi baca tulis ini menaruh perhatian terhadap murid-murid yang tertinggal pelajarannya. Sehingga diberikan waktu khusus di luar kelas untuk mengajar dan mendidik mereka.
Pembelajaran luar ruang ini bisa di bawah pohon, di dekat green house atau tempat yang nyaman. Mereka yang memberi pelajaran bisa pustakawan, babinsa, mahasiswa PKL atau relawan. Perhatian terbesar pembelajaran luar ruang ini ditujukan kepada murid-murid yang belum lancar membaca. (Ril)