MAKASSAR, EDELWEISNEWS.COM – Gubernur Sulawesi Selatan Prof HM Nurdin Abdullah dan wakilnya Andi Sudirman Sulaiman berhasil mengantarkan Sulsel duduk di peringkat 4 pertumbuhan ekonomi nasional.
Prestasi tersebut disampaikan langsung Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan, Bambang Kusmiarso di hadapan seluruh pelaku usaha dan pihak terkait. Bambang menyatakan, Sulsel saat ini mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup besar.
“Sulawesi Selatan berada di posisi keempat dari seluruh Indonesia, setelah provinsi Kalimantan dan tiga provinsi lainnya se-Indonesia,” ungkap Bambang Kusmiarso dalam sambutannya di The Rinra Hotel, Rabu (25/9).
Selaian berada pada peringkat ke-4 ekonomi nasional, pertumbuhan ekonomi Sulsel juga mencapai 7 persen. Menurut Bambang Kusmiarso, pencapaian tersebut tidak terlepas dari kerja keras Gubernur Andi Sudirman dan Wakil Gubernur Andi Sudirman Sulaiman selama kurang lebih satu tahun.
Bambang melanjutkan, pertumbuhan ekonomi tersebut naik secara signifikan disebabkan oleh empat faktor yakni kenaikan gaji ASN, petani coklat, industri yang menghasilkan nikel dan kebutuhan ikan hingga menghasilkan ekspor keluar dari Sulsel.
“Kenaikan tunjangan ASN menjadi pendorong perekonomian Sulsel. Pertumbuhan nikel sampai 93 persen seluruh Indonesia dan berasal dari Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua). Kemudian petani coklat dan ekspor ikan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di Sulsel,” jelasnya.
Sementara, Gubernur Sulawesi Selatan, Prof HM Nurdin Abdullah mengaku, dirinya bersama Andi Sudirman Sulaiman sudah berhasil mengubah kepercayaan kepada masyarakat Sulsel untuk membangun kolaborasi dengan seluruh elemen.
“Saya sudah satu tahun membangun kolaborasi dengan seluruh elemen. Bantaeng dan Takalar menjadi pusat industri. Dan saya kira tugas kita ini berat tapi tidak ada yang sulit kalau kita melakukan bersama,” jelas Prof. Nurdin Abdullah.
Pada kesempatan itu juga, Prof Nurdin Abdullah menyampaikan, seharusnya yang menjadi penyumbang pajak terbanyak bukan dari pajak kendaraan tapi harusnya dari sektor pertanian.
“Saya kira tidak ada satupun manusia yang beli mobil dulu, beli rumah dulu tahun ini tahun depan baru beli makanan. Kalau kita mau tingkatkan ikan dan nelayan kita, harus menyediakan teknologi penangkapan ikan. Dan masalahnya kita adalah ego sektoral, kampus itu harus menjadi dapur kebijakan dunia usaha,” pungkasnya.
Selain itu, lanjut Nurdin, perpindahan Ibukota Negara di Kalimantan merupakan salah satu peluang bagi Sulsel untuk terus mendorong inovasi baru untuk mengembangkan hasil pertanian. Begitu juga, dengan pengembangan pariwisata yang ada.
“Sebelum ibukota negara pindah ke Kalimantan, kita ini adalah penghasil pangan terbanyak. Saya melihat Sulsel ini sektor pariwisata ini yang layak kita jual, kita memperbesar bandara Sultan Hasanuddin Makassar itu untuk mengurangi kepadatan di Bali dan Jakarta,” jelasnya. (hum)
Editor : Jesi Heny