MAKASSAR,EDELWEISNEWS.COM –
Perjuangan buruh dalam melawan kapitalis melalui revolusi sosialis terus berlanjut. Perjuangan tersebut dimulai pada 1 Mei 1886, saat itu buruh menuntut 8 jam kerja.
Sebab, sebelumnya buruh bekerja 18 hingga 20 jam sehari. Untuk menuntut pengurangan waktu kerja, 70.000 buruh yang bekerja di pabrik mogok kerja. Hal itu membuat kelas pengusaha Amerika terusik.
Di Makassar, May DAY diperingati ratusan buruh dengan berorasi di bawah fly over. Tuntutan buruh belum beranjak dari 19 tuntutan pada umumnya, antara lain, menyangkut kesejahteraan dan kebebasan berserikat.
Dalam release yang dikeluarkan dalam aksi May Day 1 Mei 2019 tersebut, kaum buruh menyuarakan jika di beberapa tempat masih sering terjadi kekerasan, mulai dari traficking, pelecehan dan kekerasan seksual.
Demikian pula terkait upah yang rendah dengan beban kerja yang berat, hingga biaya pendidikan untuk anak – anak kaum buruh tak terjangkau.
Dari kondisi riil yang ada dalam momen Mayday, kaum buruh berusaha mengadakan konsolidasi untuk melawan kekuatan pemilik modal yang terus menggerogoti hak – hak rakyat Indonesia.
Ahmad, salah seorang demonstran yang bekerja di KIMA Makassar mengatakan, mereka berusaha untuk menggalang kekuatan demi memperjuangkan hak-hak mereka.
“Kedua pasang capres tak satupun yang mempunyai rumusan untuk membela hak-hak buruh. Hancurkan kapitalisme dan besarkan sosialisme itulah tujuan kami,” tandas Ahmad, Rabu (1/5).
Penulis : M.Hasim
Editor. : Jesi Heny