MAKASSAR, EDELWEISNEWS.COM – “Kalau kita mau Makassar Arts Forum dibawa kembali, dihidupkan, Pemkot Makassar pasti support. Kita memang mau kesenian dan kebudayaan menjadi satu kekuatan dan daya dorong,” ujar Walikota Makassar, Munafri Arifuddin.
Appi, demikian sapaan akrab Munafri Arifuddin, menyampaikan hal itu saat menerima audiensi sejumlah seniman, budayawan, penulis, dan pegiat seni, yang tergabung dalam Makassar Arts Forum (MAF), di Balai Kota Makassar, Jalan Jenderal Ahmad Yani No 2, Senin (3 November 2025).

Mereka yang hadir dari MAF, yakni Asmin Amin, Idwar Anwar, Irwan AR, Andri Prakarsa, Djamal April Kalam, Kasmuddin “Ale Deep”, Dr Asia Ramli Prapanca, Arbiansyah, dan Rusdin Tompo.
Anggota DPRD Kota Makassar, A Makmur Burhanuddin membersamai para seniman dalam pertemuan siang itu.
Appi berharap, Makassar Arts Forum nantinya, semakin membuat orang datang ke Makassar. Pemerintah Kota Makassar, kata dia, tentu sangat menginginkan adanya perputaran ekonomi. Tidak lain adalah dengan memaksimalkan event kesenian dan kebudayaan.

“Komitmen kami, setiap bulan ada event. Pemkot telah menyediakan Rp5 miliar untuk penyelenggaraan event, yang didistribusikan untuk menghidupkan seni budaya dan ekraf,” papar Walikota Makassar, yang juga Ketua DPD Partai Golkar Makassar tersebut.
Dia mengapresiasi banyak orang yang sudah berupaya menghidupkan nilai-nilai tradisi Sulawesi Selatan. Karena, katanya, kita mesti hidupkan kesenian dan kebudayaan agar orang merespons seni budaya kita sebagai identitas, yang tidak dipunyai daerah lainnya.
Dikemukakan bahwa kita punya sesuatu yang sangat berbeda tetapi kita belum mampu membangun narasi yang kuat. Salah satunya, Coto Makassar yang belum dinarasikan secara baik.
Ada banyak narasi seni budaya yang mesti dipromosikan ke kancah internasional. Sebab, bila itu mampu dimunculkan maka akan jadi daya tarik dan mengundang orang seluruh dunia mau datang. Termasuk pengakuan sebagai warisan tak benda oleh UNESCO, misalnya.
Walikota terkesan sangat mengimpikan sebuah event yang muncul sebagai gerakan massif, bukan hanya sebatas hiburan tetapi juga bermakna dan berdampak.
Appi ingin Makassar Arts Forum akan memproduksi pengetahuan baru. Contohnya, kalau orang pakai passapu maka dia tahu ada nilai filosofis dan historisnya. Pengetahuan seperti ini perlu dinarasikan sebagai sebuah edukasi.
“Kita ini juga kaya akan cerita rakyat, yang never ending story,” ungkap Ketua IKA Fakultas Hukum Unhas, periode 2025-2029 itu.
“Anak-anak kita butuh sumber informasi yang lengkap terkait kurikulum muatan lokal ini. Kita punya aksara Lontaraq yang berbeda dengan aksara Nusantara lainnya. Kita punya tari-tarian yang berbeda dengan daerah lain. Semua itu butuh dinarasikan, agar jadi knowledge,” imbuhnya.
Berulang kali dia sampaikan bahwa dia mau Makassar Arts Forum menjadi event besar. Bahkan dia mengajak Makassar Arts Forum mengambil peran dalam penyusunan blue print kebudayaan, dengan menggunakan pendekatan penthahelix kebudayaan.
Penthahelix merupakan model kolaborasi yang melibatkan lima pemangku kepentingan utama, yakni pemerintah, akademisi, dunia usaha, komunitas, dan media.
“Saya kira Makassar Arts Forum ini tidak sulit karena ada dasarnya, dan pelaku-pelakunya masih ada. Tinggal diaktivasi saja. Saya pastikan teman-teman di Dinas Kebudayaan, Dinas Pariwisata, dan dinas terkait untuk memberi support,” tandas Munafri Arifuddin.
Sebelumnya, dalam audiensi yang mirip diskusi itu, Asmin Amin, salah satu inisiator Makassar Arts Forum, tahun 1999, menyampaikan latar belakang dan tujuan hadirnya forum lintas seniman. Katanya, ada situasi sosial politik sehingga forum seni digagas untuk memberi gambaran Makassar sebagai kota multikultural tetapi tetap aman dan damai.
“Jadi kami memandang seni ini dapat berfungsi sebagai resolusi konflik, di samping sebagai bentuk ekspresi dalam berkarya. Juga sekaligus ada transformasi budaya dalam event tersebut,” jelas Asmin Amin, yang juga aktivis NGO itu.
Rusdin Tompo juga sempat berbicara. Penulis dan penggiat literasi itu menyampaikan bahwa event yang akan dihelat itu lintas bidang dan instansi. Dia mengatakan masing-masing OPD di Pemkot Makassar dapat berperan sesuai tupoksinya.
“Kami berharap akan ada sinergitas, misalnya Dinas Pariwisata berperan dalam promosi, Dinas Kebudayaan pada pelindungan dan penguatan nilai-nilai, sedangkan Dinas Pendidikan terkait aspek edukasi,” tambah Rusdin Tompo.
A Makmur Burhanuddin, yang oleh teman-temannya disapa Noval, mengajak agar event seni budaya ini memperkuat implementasi visi-misi dan 7 (tujuh) program prioritas Walikota dan Wakil Walikota Makassar, yang sudah masuk dalam RPJMD 2025-2030.
Irwan AR menyampaikan bahwa pertemuan beberapa kali yang memunculkan perlunya mengadakan event, seperti Makassar Arts Forum, dan kegiatan peetunjukan lain, difasilitasi oleh A Makmur Burhanuddin.
Sementara Idwar Anwar menambahkan bahwa event ini tidak berdiri sendiri melainkan perlu tdi-back up. Supaya nanti melahirkan seniman-seniman baru dari kantong-kantong komunitas di tingkat kelurahan atau kecamatan. Dengan begitu ada keberlanjutan, karena punya SDM yang memadai.
“Dengan begitu, atmosfer dan ekosistem seni budaya juga terbangun dan terus berkelanjutan,” pungkas Edo, begitu sapaan akrabnya. (*)

