MAKASSAR, EDELWEISNEWS.COM – Bagi AB Iwan Azis dan teman-temannya di komunitas KassaKi, bersepeda lebih dari sekadar olahraga. Dengan kendaraan roda dua tanpa mesin itu, mereka menyusuri beberapa ruas jalan sembari menikmati udara pagi Kota Makassar, lalu singgah ngopi di warkop.
“Kami bersepeda itu bukan cuma buat olahraga dan kesehatan, tapi juga untuk silaturahmi dan sambung rasa,” kata Iwan Azis, perihal komunitas KassaKi.
Iwan Azis menelepon saya, setelah dia membaca nama saya dalam buku “Jika Saya Menjadi Wali Kota Makassar” (2024), yang disusun Rahman Rumaday dari Komunitas Anak Pelangi (K-Apel).
Buku kumpulan tulisan itu diberikan oleh R Irwan Waji, politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS), saat dia tengah ngopi bareng komunitas KassaKi di Warkop Azzahrah, Jalan Abdullah Daeng Sirua, Minggu pagi (8 Desember 2024).
Sorenya, kami bertemu di tempat yang sama, membincangkan komunitas KassaKi. Kassaki dalam bahasa Makassar berarti kuat atau tangguh. Namun, KassaKi dalam konteks komunitas yang dipimpin Iwan Azis ini, merupakan akronim dari Karampuang AssapedaKi–semacam ajakan, ayo bersepeda. Karampuang itu sendiri merujuk pada salah satu kelurahan di Kecamatan Panakkukang, tempat tinggal Iwan Azis.
Lelaki yang suka bertopi baseball itu bercerita, semula ia dan beberapa temannya hanya iseng-iseng saja, ngumpul saat car free day (CFD) di salah satu lapak di Boulevard, Panakkukang Mas. Kawasan ini merupakan salah satu area CFD di Makassar, di samping Pantai Losari dan Jalan Jenderal Sudirman.
Foto-foto mereka yang diposting di medsos, merekam tanggal terbentuknya komunitas ini, yakni 20 Mei 2023. Awalnya, kata Iwan Azis, mereka hanya bertiga. Selain dirinya, ada Darling Daeng Sirua dan Muhiddin. Mereka biasanya singgah di lapak yang menjual roti canai di sekitar Hotel Remcy. Di sana mereka ngobrol, dengan peluh masih di badan.
Anggota komunitas sepeda ini belakangan bertambah. Ia lalu menyebut beberapa nama: Anton Layu, Ngadi, Anti, Andi Arifin, H Isra, Ismail, Hindung, Kahar Muzakkar dan istrinya, serta H Nasir Mappaile dan istrinya. Semuanya berjumlah lebih 20 orang.
Rata-rata generasi baby boomers. Ada yang pensiunan pegawai PLN, pensiunan Polri, pengusaha, dan lain-lain. Menariknya, anggota komunitas KassaKi ini semuanya ketua RT/RW di Kelurahan Karampuang. Dikatakan, pada setiap Minggu pagi, anggota komunitas ini akan mengayuh sepedanya walau dalam cuaca kurang mendukung.
“Kalau hanya mendung, tidak bikin surut ji semangat teman-teman. Seperti sudah jadi suatu kewajiban harus selalu bersepeda. Kecuali hujan deras tiba-tiba turun,” kisah Iwan Azis sambil senyum lebar.
Dengan bersepeda, ia bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang. Pernah dai kondang, AA Gym, diajak gabung bersepeda bersama teman-teman KassaKi. Setelah bersepeda, mereka singgah ngopi di Warkop Arnum, Jalan Tupai. Warkop ini, milik Agus Arifin Nu’mang, mantan wakil gubernur Sulawesi Selatan, dua periode (2008-2018).
Rute yang dilalui anggota komunitas KassaKi tak hanya di seputaran Jalan Pengayoman dan Jalan AP Pettarani, tapi kadang bisa sampai ke kawasan Center Point of Indonesia (CPI). Tergantung tenaga dan kondisi fisik mereka, saat itu. Bila lqgi fit, maka rute yang tempuh bisa lebih jauh. Selain Warkop Azzahrah, mereka juga biasa ngopi di Warkop Phoenam, Boulevard.
Dari aktivitas bersepeda bersama ini, keakraban dan soliditas antar sesama Ketua RT/RW di Kelurahan Karampuang terbentuk. Iwan Azis merupakan Ketua RW 03, yang sudah dijabat sejak 1985. Dalam pertemuan itu, kerap tercetus ide-ide yang kemudian diterapkan di kelurahan mereka.
Salah satunya, lanjut Iwan Azis, adalah terkait kegiatan Sabtu Bersih di kelurahannya. Kegiatan untuk mendukung program MakassarTa Tidak Rantasa (MTR) itu, biasanya diadakan terpisah di masing-masing RT/RW.
Iwan Azis kemudian menggagas penyatuan kegiatan Sabtu Bersih di satu lokasi, biar lebih terkoordinasi. Namun, dilaksanakan secara bergiliran di RT/RW, yang diadakan dengan mengadopsi konsep arisan. Misalnya, pada Sabtu, 7 Desember 2024 diadakan secara massal di RW 01. Pada pekan berikutnya akan berpindah di RW lain.
Perihal posisinya sebagai ketua RW yang dipegang sudah sedemikian lama, dia punya cerita. Katanya, saat pemilihan, ketua RT/RW serentak, tidak ada yang mau maju.
Pemilihan Ketua RT/RW serentak pertama diadakan pada Minggu, 26 Februari 2017. Secara keseluruhan, tercatat sebanyak 9.104 kandidat yang bersaing memperebutkan 5.956 RT/RW. Rinciannya, ada 2.085 calon Ketua RW dan 7.019 calon Ketua RT.
Walikota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto, kepada pers, menjelang pemilihan, saat itu, mengatakan bahwa tata cara pemilihannya sama dengan pemilihan kepala daerah (pilkada). Bedanya, kalau pilkada setiap orang yang berusia 17 tahun berhak memberikan suaranya, maka pada pemilihan RT/RW setiap keluarga hanya punya satu suara. Jadi dapat diwakilkan oleh bapak, ibu, atau anaknya.
Pada Minggu, 27 Agustus 2017, para ketua RT/RW terpilih dikukuhkan dan dilantik secara massal oleh Danny Pomanto, dalam sebuah prosesi di Lapangan Karebosi, Makassar.
Tak hanya RT/RW, walikota juga melantik 3.819 penasihat walikota dan 153 ketua LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat). Iwan Azis tentu saja berada di antara mereka yang dilantik, kala itu.
Pernah, katanya, ada pemilihan, dia menang tapi diberikan kepada orang lain. Hanya saja, baru 2 tahun orang itu menjalankan tugas sebagai Ketua RW, yang bersangkutan mengembalikan jabatannya kembali kepadanya.
“Jadi ini jabatan ketua RW pengembalian yang saya lanjutkan,” terangnya.
Pernah pula ia mengundurkan diri dalam pemilihan Ketua RT/RW tapi tetap saja dia yang dipilih warga. Tak hanya sebagai Ketua RW, ia juga pernah menjadi Ketua
LPM dan Ketua FKPM (Forum Konunikasi Perpolisian Masyarakat). Karena adanya larangan rangkap jabatan maka posisi sebagai Ketua LPM ia lepas. (*)
Oleh : Rusdin Tompo (Koordinator Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA Provinsi Sulawesi Selatan)