Cinta, Dari Pemulung Jadi Badut Demi Bayar Uang Sekolah

Menjadi badut di lampu merah, semula tidak terpikirkan oleh Cinta, 12 tahun. Murid kelas1 SMP Muhammadiyah, yang terletak di Jalan Muhammad Yamin, Makassar. Cinta terpaksa menjadi badut demi membayar uang sekolah sebesar Rp50 ribu per bulan. Sebelumnya, Cinta bersama dua saudara, selama 7 tahun menjadi pemulung. Mereka memulung dengan menggunakan becak, yang didorong ibunya, Hasni, 47 tahun.

Cinta ditemui saat sedang mengisi acara syukuran Aqiqah di Jalan Swadaya, Tompobalang, Sungguminasa, Kabupaten Gowa, Minggu (5 Februari 2023). Dia mengisi acara di rumah keluarga Ibu Ika Fransiska, bersama adiknya, Fatimah, 9 tahun. Fatimah, duduk di kelas 3, SD KIP Bara-barayya 1, Makassar. Bertiga mereka dari Jalan Sungai Saddang, Makassar, menggunakan bentor, yang disewa sebesar Rp50 ribu pergi-pulang.

Hasni mengaku, baru kali pertama anak-anaknya tampil di acara Aqiqah.

Hari ini merupakan Aqiqahnya Ghania Hafizha Nuraga, lahir pada hari Selasa, 10 Januari 2023, di Puskesmas Jongaya, Makassar. Ghania merupakan anak pasangan Galang dan Vanny.

Tampil di acara Aqiqah ini, bayarannya dihitung per jam, sebesar Rp150.000. Kata Hasni, ini lebih baik, dibanding beraktivitas sebagai badut di lampu merah atau berkeliling di beberapa tempat.

Pada saat bersamaan, anak pertamanya, atau kakak dari Cinta, bernama Resmi tampil di Karnaval Budaya Cap Go Meh, di Kawasan Pecinan, Jalan Sulawesi, Makassar. Resmi ikut dengan tiga temannya, semua menggunakan badut kelinci, sesuai Tahun Kelinci, menurut kalander China. Katanya, ada tetangga yang ajak anaknya itu, tapi dia tidak tahu mereka dibayar berapa.

Cinta sudah jadi yatim, sejak bapaknya meninggal 8 tahun lalu. Semasa hidupnya, bapaknya bekerja sebagai buruh bangunan. Cinta mengungkapkan, dia belajar bergoyang dengan melihat media sosial, khususnya TikTok. Meski dia tidak punya akun TikTok. Namun dia melihat konten orang bergoyang dari TikTok dan smartphone milik temannya.

Tampak, Cinta dan Fatimah cukup interaktif dengan anak-anak. Sesekali dia mengajak anak-anak di dekatnya bergoyang dengan diiringi lagu-lagu house music medley. Keduanya juga luwes bergoyang meski, menurut ibunya, mereka tidak ikut kegiatan menari di sekolah.

Hasni menuturkan, mereka asal Galesong, Kabupaten Takalar, tapi sudah lama tinggal di Makassar. Mereka mengontrak rumah di Jalan Sungai Saddang. Biaya sewanya Rp300 ribu sebulan.

Sebelum melakoni aktivitas sebagai badut, dia dan anak-anaknya memulung. Mereka memulung selama 7 tahun, sejak Fatimah masih berusia 2 tahun. Becak yang biasa digunakan memulung itu masih ada, tapi sementara disimpan. Katanya, siapa tahu masih bermanfaat.

Saat memulung, terang Hasni, barang yang didapat disimpan dulu, lalu dibersihkan, kemudian baru dijual. Barang-barang hasil memulung itu nanti dijual saat butuh uang untuk bayar sewa kontrakan. Hasilnya rerata Rp250 ribu atau kadang lebih.

Cosplay yang digunakan Cinta, mirip Dipsy dalam Teletubbies, sedangkan Fatimah dikenali oleh anak-anak mengenakan cosplay mirip tokoh animasi Boboiboy. Kostum-kostum itu bukan miliknya sendiri tapi disewa. Paket sewanya terdiri dari baju badut dan 1 unit speaker, sebesar 100 ribu sehari. Kalau sehari, dia dan anak-anaknya bisa memperoleh Rp200 ribu. Itupun, katanya, kalau serius cari uang. Namun kadang hanya mendapat Rp100 ribu, sekadar untuk membayar uang sewa.

Tak cuma Cinta, Fatimah dan Resmi yang cari uang dengan menjadi badut. Ibunya pun juga ikut menjadi badut. Ibunya, biasa berangkat kerja sebagai badut mulai pukul 9 pagi sampai pukul 2 siang. Setelah itu dilanjutkan oleh Cinta dan Fatimah. Kedua anak ini mulai beraktivitas pukul 2 siang sampai pukul 10 malam.

Ibunya bercerita, Fatimah pernah diburu Satpol PP. Dilarang beraktivitas sebagai badut di lampu merah di salah satu ruas Jalan Veteran, pada Jumat, 3 Faberuari 2023. Dia menyadari bahwa kalau aktivitasnya di lampu merah, bisa mengganggu lalu lintas. Kecuali kalau berkeliling, itu tidak masalah.

Pernah juga Fatimah diamankan Satpol PP, saat memulung dengan becak. Dengan memelas ibunya bilang, “Saya ini kasian tidak bisa makan kalau tidak begitu (memulung). Apalagi bapaknya tidak ada.” Saat ditahan, selama 3 hari, Fatimah tidak bisa dibesuk.

Disampaikan, sebagai warga kurang mampu, dia pernah mendapat bantuan dari Dinas Sosial Kota Makassar, berupa susu saset cap bendera 10 gantung dan biskuit Roma 10 bungkus.

Hasni mengaku, uang sekolah Cinta sebesar Rp50 ribu per bulan lama tidak dibayar, sehingga terpaksa jadi badut. Kalau Cinta ke sekolah, maka ibunya yang pakai cosplay itu keliling Pasar Butung, Pasar Sentral, dan Pasar Terong.

“Kalau capek, di situ mi baru pulang,” katanya.

Cinta punya cita-cita, kelak akan menjadi Polwan, supaya bisa punya uang dan membahagiakan ibunya. Sedangkan Fatimah, mau jadi tentara, Kowad (Korps Wanita Angkatan Darat).

“Semua tinggi cita-citanya, padahal tidak ada uang na Mamanya,” ucap Hasni sambil menatap kedua anaknya dengan mata berkaca-kaca.

Penulis : Rusdin Tompo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Makassar SULSEL

Direktur PPI Apresasi Pemkot Makassar, Pemilu Raya RT Berjalan Tertib dan Lancar

MAKASSAR, EDELWEISNEWS.COM – Gelaran Pemilu Raya Rukun Tetangga (RT) di Kota Makassar, tanggal 3 Desember lalu, tidak hanya menjadi momentum memilih pemimpin lingkungan, tetapi juga menghadirkan gambaran bagaimana demokrasi di level paling dasar tumbuh semakin matang. Di tengah antusiasme warga dan minimnya gesekan di lapangan, apresiasi pun datang dari berbagai pihak, salah satunya dari Pengamat […]

Read more
Makassar SULSEL

Pengamat Menilai Pemilihan RT di Makassar Tunjukkan Demokrasi Ideal

MAKASSAR, EDELWEISNEWS.COM – Proses pemilihan Rukun Tetangga (RT) pada 3 Desember lalu berlangsung efektif, efisien, dan lancar. Kini, tahapan bergeser memasuki fase rekapitulasi dan penetapan di tingkat kelurahan dan kecamatan. Hampir seluruh wilayah, sekitar 15 kecamatan dan 153 Kelurahan telah merampungkan dokumen perhelatan pemilu raya di tingkat akar rumput tersebut. Dari total 9.098 calon RT […]

Read more
Makassar SULSEL

Polda Sulsel Resmikan Ditres PPA dan Ditres PPO, Balla Inklusi: Semoga Tidak Lambat Penanganan Kasus

MAKASSAR, EDELWEISNEWS.COM — Polda Sulawesi Selatan resmi memiliki dua direktorat baru, yakni Direktorat Reserse (Ditres) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) serta Direktorat Pemberantasan Perdagangan Orang (PPO). Keduanya dikukuhkan dalam upacara di Lapangan Tenis Mapolda Sulsel, Jumat (5/12/2025). Upacara peresmian dipimpin Kapolda Sulsel Irjen Pol Djuhandhani Rahardjo Puro dan dihadiri Wakapolda Sulsel Brigjen Pol Nasri beserta […]

Read more