Falsafah dan Hikmah Hari Raya Qurban

Oleh : Syamsunar, Phd

Salah satu hari raya besar kaum muslimin adalah Hari Raya Qurban yang disebut juga dengan Idul Adha.

Jika Idul Fitri adalah hari kembali pada kesucian dan fitrah maka Idul Adha adalah hari pembuktian cinta dan ketundukan.

Ini adalah hari ketika manusia menerima ketiadaan segala sesuatu di depan kekasihnya hak Allah SWT, mengorbankan dirinya dan segalanya untukNya, serta merefleksikan “ibadah” yang merupakan hasil dari intuisi, mistisisme, dan penyaksian mahbub.

Pada Hari Raya Qurban, kita harus menunjukkan cinta dan kepatuhan seperti Hadhrat Ibrahim dan Hadhrat Ismail. Pada hari raya ini, kita harus memperbarui ingatan akan cinta dan pengorbanan diri Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Hadhrat Hajar. Pada hari ini, harus diketahui sejauh mana cinta dan iman kita, sejauh mana diri kita terhubung, dan sejauh mana kita telah mencapai ibadah, ketundukan, dan kepatuhan.

Dengan cinta, kepatuhan, dan pengorbanannya, Nabi Ibrahim (as) mencapai peringkat diantara para nabi, dimana Imamah dan Kenabian berkumpul padanya serta generasi Imamah tetap dicapai oleh keturunannya, dan Mahdi Fatimah (Afs) adalah salah satu dari generasi keturunannya. Semua tingkat spiritual ini dicapai berkat pengorbanan diri dan ketulusan ketika Ibrahim membawa putra kesayangannya ke altar dan mengalahkan iblis.

Idul Adha adalah salah satu manifestasi besar maqam spiritual Ibrahim dan keluarga Ibrahim, yang merupakan anggota Ahlul Bait (as).

Nabi Ibrahim (as) mencapai kedudukan “Imamah” ketika ia berhasil dalam percobaan berturut-turut dan menyelesaikannya dengan baik. Ketika dia mempersembahkan kurbannya di “Mina dan dia menyerah sepenuhnya dengan penuh cinta dan pengabdian, hatinya tidak punya keterikatan kepada yang lain selain kepada mahbub Allah SWT, maka ia pun merelakan putranya yang tak lain hakikat jiwanya untuk dikurbankan bagi sang kekasih.

Ruang dada bagi sang kekasih begitu penuh sehingga pikiran pada yang lain pun hilang dari qalbu.

Dalam peristiwa ini, Ibrahim mengorbankan Ismail karena cintanya kepada mahbub, pengorbanan diri dan pengorbanan sepenuhnya yang dimiliki. Pada puncak pengorbanan itulah terdengar seruan: Wahai Ibrahim, engkau telah menjalani dengan baik, sekarang kurbankan “tebusan” yang telah Kami kirimkan kepadamu, lebih dari itu Kami tidak memintamu untuk ini.

Pada hari raya qurban, dengan menyembelih hewan qurban, kita menyembelih egoisme dan semua bentuk kegilaan, memutuskan segala sesuatu selain Tuhan, dan menutup qalbu terhadap semua bentuk harapan dan keserakahan.

Imam Maksum (as) berkata kepada Shibli: … Ketika kamu menyembelih hewan qurbanmu, apakah kamu menyadari bahwa kamu memotong tenggorokan keserakahan? Dan apakah kamu memperhatikan bahwa kamu mengikuti Ibrahim Khalil (as) dan membawa anak tersayang kamu ke altar untuk mengorbankan kekasihnya? Shibli berkata: Tidak, saya tidak memperhatikan …. Beliau berkata: Jadi Anda tidaklah berkurban!

Imam Khomeini (ra) berkata tentang pengorbanan diri Ibrahim ini: “… sebuah upacara yang mengingatkan orang-orang yang sadar akan altar Ibrahim; Altar yang mengajarkan pelajaran pengorbanan dan jihad di jalan Tuhan Yang Maha Esa kepada anak-anak Adam dan orang-orang kudus Tuhan … Bapak dunia tauhid dan pemecah berhala ini mengajari kita dan semua manusia yang berkorban di jalan Tuhan. Di dalamnya terkandung aspek tauhid dan kesalehan, aspek politik dan nilai sosial. Dia mengajari kita dan semua manusia untuk memberikan buah yang paling berharga dari hidupnya di jalan Allah. “Korbankan diri Anda dan orang yang Anda cintai dan tegakkan agama Tuhan dan keadilan ilahi.”

Setiap bentuk pengorbanan merupakan simbol perjuangan melawan keterikatan duniawi.

Mengorbankan hewan qurban pada hari Idul Adha adalah simbol pengorbanan jiwa yang serakah dan pengorbanan kecintaan pada yang lain. Sebagaimana perintah Allah kepada Nabi Ibrahim (as) tentang mengorbankan Nabi Ismail (as) adalah untuk tujuan ini, sehingga dalam menjalankan perintah ini, dia telah memerangi faktor keterikatan diri yang paling kuat dan mengakar, yang merupakan cinta dan persahabatan ayah kepada anak.

Semoga Tuhan melenyapkan keterikatan duniawi yang ada pada diri kita.
Oleh karena itu, sebagaimana ketaatan terhadap perintah ini memiliki peran pendidikan yang besar untuk membebaskan diri dari penjara jiwa dan harta benda, Nabi Ibrahim (as) dan Nabi Ismail (as) telah melakukannya dengan sempurna sehingga Tuhan mengangkat kedudukan mereka di sisiNya.

Oleh karena itu, pengorbanan jamaah haji sebenarnya adalah semacam jihad dengan jiwa untuk menghilangkan keterikatan duniawi dan material dari penjara materialisme dan keduniawian .

Disamping itu, berkurban dan kemudian membaginya diantara orang miskin dan kerabat adalah latihan dalam kedermawanan. Yaitu kedermawanan yang dicapai melalui ketakwaan.

Kitab Suci Al-Qur’an dalam hal ini menjelaskan: “Daging atau darah sembelihan tidak akan pernah mencapai Tuhan. Yang sampai kepadanya adalah ketakwaanmu …;
Oleh karena itu, falsafah dan hikmah berkurban adalah qurb dan kedekatan yang berkurban dengan Tuhan serta transendensi dan ketakwaan.nMakanya, kurban diterima bila dilakukan dengan ketakwaan dan ruh dari perbuatan ini adalah ketakwaan.

Jadi, tujuan Allah mewajibkan kurban dalam haji dan menempatkannya dalam garis ritual adalah agar para peziarah menempuh salah satu langkah untuk mencapai ketakwaan dengan membunuh nafs mereka dan berada di jalur evolusi untuk mencapai tingkat manusia yang sempurna.

Berqurban di hari Idul Adha mengajarkan kita untuk tetap menghidupkan semangat pengorbanan diri para ayah dan ketundukan anak. Idul Adha mengajarkan kita untuk memprioritaskan melakukan kewajiban atas naluri dan bagaimana Nabi Ibrahim (as) memprioritaskan keridhaan Allah dan kewajiban atas keinginan pribadi dan naluri kecintaan kepada anak.

Oleh karena itu, hari suci ini harus diperingati sebagai kemenangan atas egoisme dan nafsu keserakahan.

Setiap tahun, dalam kesempatan ini, manusia harus mempraktekkan amalan yang merupakan pengorbanan besar ini, agar dapat melalui tahapan-tahapan pertumbuhan spiritual, yang tentunya untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kesehatan Makassar Nasional SULSEL

Pj Gubernur Sulsel Prof Zudan : Fasilitas Rumah Sakit Kemenkes Makassar Lengkap dan Modern

MAKASSAR, EDELWEISNEWS.COM – Presiden Joko Widodo meresmikan Gedung Rumah Sakit Kemenkes Makassar, Jumat (6 September 2024). Hal ini sebagai bagian dari upaya pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan modern di Indonesia, khususnya di Kawasan Indonesia Tengah dan Timur. Dalam acara peresmian yang berlangsung di Kawasan Center Point of Indonesia (CPI), Presiden Jokowi menekankan pentingnya pembangunan fasilitas kesehatan […]

Read more
Makassar SULSEL

Genjot PAD, Sekda Sulsel Jufri Rahman Minta Perseroda Optimalkan Pengelolaan Aset

MAKASSAR, EDELWEISNEWS.COM – Sekretaris Daerah Provinsi Sulsel Jufri Rahman meminta agar Perusahaan Perseroan Daerah (Perseroda) melakukan optimalisasi aset untuk menggenjot Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal ini sesuai dengan instruksi Penjabat Gubernur Sulsel, Prof Zudan Arif Fakrulloh. Hal tersebut disampaikan Jufri Rahman saat menerima audiensi Direktur Pengembangan Usaha dan Operasional PT Sulawesi Citra Indonesia (SCI) Perseroda […]

Read more
Makassar SULSEL

Sekda Sulsel, Jufri Rahman Melepas Calon IPDN Angkatan XXXV Provinsi Sulsel

MAKASSAR, EDELWEISNEWS.COM – Sekretaris Daerah Provinsi Sulsel, Jufri Rahman, secara resmi melepas Calon Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Angkatan XXXV Provinsi Sulsel, di Ruang Pola Kantor Gubernur Sulsel, kemarin, Jum’at (6 September 2024). Dalam sambutannya, Jufri Rahman menyampaikan Keputusan Rektor IPDN Nomor 800.1.2.2-354 Tahun 2024 tentang Peserta yang Dinyatakan Lulus Penentuan Kelulusan Akhir Pada Seleksi […]

Read more