Kenapa Harus 14 Hari (2 Minggu) Isolasi dari Covid – 19

Oleh: Dr. Sudirman Muhammadiyah, M.Si.

Negara ini serentak bergerak dalam menghadapi wabah Covid 19, termasuk di Sulawesi Selatan, terkhusus di Kota Makassar. Sedikat saya gambarkan dalam menyikapi edaran Gubernur Sulsel dan Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan.

Dalam rapat dengan orang tua siswa di SMAN 10, tempat anak saya Raihan Ilmi Sastra Gibran sekolah, di kelas XII IPS 1, Ada beberapa hal yg didiskusikan tentang menunda Ujian Akhir Sekolah (UAS), dan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dengan sistem belajar daring di rumah selama 14 hari atau dua minggu.

Cuma memang tidak semua masyarakat tahu tentang libur sekolah yang intinya tetap belajar di rumah dengan mempergunakan metode  daring.

Keputusan Mendikbud Dikti meliburkan sekolah yang diikuti Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan dan daerah lain yakni untuk mencegah penyebaran virus corona atau Covid-19.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim mendukung dan mengapresiasi langkah proaktif serta menyiapkan semua skenario, termasuk penerapan bekerja sama untuk pembelajaran secara daring (dalam jaringan) untuk para siswa.

Kemendikbud mengembangkan aplikasi pembelajaran jarak jauh berbasis portal dan android Rumah Belajar. Portal Rumah Belajar dapat diakses di belajar.kemdikbud.go.id. Namun sosialisasi dan pemahaman tentang libur 14 hari belum dipahami seluruh orang tua, tidak terkecuali di Kota Makassar.

Hal tersebut dialami anak saya, Ravika Ressova Sastra Raihanuun Kelas 7.3 SMPN 17 Kota Makassar. Betapa bahagia dan senangnya ketika dapat edaran dan pemberitahuan di sekolahnya  libur selama dua minggu 14 hari. Sebagai seorang pengajar saya analisis mungkin anak sekolah sekarang memang jenuh dan boring di sekolah. Karena begitu dapat info libur, seperti lepas dari suatu ikatan dan individunya merdeka (ini hanya analisa saya tanpa riset yang ilmiah).

Tadi pagi saya sudah berusaha memberi mereka pemahaman bahwa Covid – 19 itu, cara mewabahnya cukup cepat  dan kilat tanpa kalian tahu. Maka untuk memutus matai rantai penularannya harus selektif dengan mengurangi berinteraksi sesama manusia (bertentangan keras dengan keilmuan saya, yakni sosiologi.

Anak saya nyeletuk, kan bisa pakai masker. Saya katakan, menularnya bukan hanya lewat bersin Nak, tapi bisa juga lewat sentuhan kulit manusia, seperti tangan atau lewat udara. Jadi percuma juga pakai masker kalau tangan ketemu tangan. Karena yang dianjurkan World Health Organitation (WHO) adalah jarak face to face dengan sumber Covid 19 dengan orang lain. Makanya salam jabat tangan dihindari dulu, karena jarak kita dekat, apalagi cipika cipika sangat rentan. Termasuk salam siku, salam pakai kaki semua berbahaya, (Dan cenderung tidak sopan dalam tatanan pergaulan manusia).

Mengenai libur berinteraksi, sebenarnya baiknya bukan hanya siswa, mahasiswa atau guru, dosen dan pegawai. Seharusnya libur semua dari berinteraksi, tapi itu baik bagi untuk pencegahan virus. Hanya memang itu tidak baik bagi perekonomian negara.

Stagnan sampai 14 hari, itulah yang dilakukan di Wuhan, China dalam memutus mata rantai Covid 19 ini. Sehingga sekarang Wuhan kembali bangkit dan banyak penderitanya sembuh.

Hal berbeda di Italy, yang menganggap virus tersebut adalah hal biasa. Negara ini tidak memutus mata rantai penyebaran, akhirnya korban lebih banyak.

Kembali ke kebijakan 14 hari tanpa ke sekolah. Ironisnya, kendati anak-anaknya diliburkan 14 hari, ternyata masih banyak orang tua yang belum memahami kebijakan tersebut. Lantaran kebijakan itu tidak disertai penjelasan yang memadai.

Padahal selama 14 hari itu sangat penting dan harus disertai tindakan kepatuhan. Ya, 14 hari itu diharapkan mampu menghentikan mata rantai dan laju penularan covid-19.

Apakah 14 hari itu mampu menyelamatkan ribuan orang?

Dijelaskan dari berbagai sumber, ketika seseorang kontak dengan apapun yang bisa menginfeksinya dengan covid-19, maka harus ditunggu 14 hari minimal. Jika tidak terjadi apa-apa, orang itu aman.

Hanya saja, kebijakan libur 14 hari untuk memotong rantai penularan ini, baru akan berhasil jika semua orang tetap tinggal di dalam rumahnya masing-masing selama 14 hari, termasuk guru. Karena covid tdk mengenal status. Kenapa?

Misalnya, seorang anak mulai libur, Senin (16/3) hari ini. Setelah libur 14 hari, dia akan masuk sekolah lagi pada hari ke-15, Senin (29/3) mendatang. Ternyata si anak dan keluarganya menggunakan waktu libur itu untuk jalan-jalan, mengunjungi kumpulan orang, atau ke tempat saudara, mal, dan lain-lain.

Seandainya dia jalan-jalan di hari ke-10 dan terlular covid-19 di tempat yang dikunjunginya, mungkin pada hari ke-14 atau 15 belum ada tanda-tanda dia sakit, tetapi dia sudah membawa covid-19 di tubuhnya dan berpotensi menularkannya, ketika dia masuk sekolah pada hari ke-15 dan seterusnya.

14 hari libur sekolah pun tidak ada gunanya, karena penularan bisa saja terjadi di sekolah. Sejak saat itu efek domino akan berlangsung, rantai penularan juga tidak terputus. Untuk itu, semua orang harus bekerjasama, membantu, dan kompak untuk tidak ke mana-mana dalam 14 hari itu. Kecuali untuk hal yang sangat perlu.

Waktu 14 hari itu, sangat berguna untuk saling memantau jika ditemui orang yang menunjukkan gejala-gejala menderita serangan covid-19. Supaya dia bisa segera ditangani dan menghentikan penularan, karena dia tidak kontak dengan orang lain dalam 14 hari.

Jadi, mari kita mengisolasi diri untuk diri sendiri dan orang lain, mungkin pula dalam skala besar untuk umat, kepentingan yang lebih banyak. Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati?

Saatnya stop penularan covid-19, dengan melakukan pola hidup bersih dan sehat. Kita boleh takut dan waspada, tapi jangan rasa takut kita melebihan pada rasa takut kita terhadap yang menciptakan penyakit dan obatnya sekaligus, yakni Allah Swt. Dokter dari segala dokter.

Mari isolasi diri kita di rumah 14 hari saja sambil berdoa dan berzikir. Salamaqi topada salama.

* Penulis adalah Akademisi & Penggiat Medsos. Belajar pola hidup sehat di Kenko No Kai (komunitas sehat) Japan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Makassar SULSEL

Wali Kota Munafri Tegaskan Proyek Mangkrak Harus Diuji Legalitas Bebas Hukum Sebelum Dilanjutkan

MAKASSAR, EDELWEISNEWS.COM — Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, menegaskan bahwa pembangunan proyek kelanjutan pembangunan RS Jumpandang Baru, yang telah dimulai sejak 2019 akan dilakukan secara hati-hati dan sesuai prosedur hukum serta administrasi. Munafri Arifuddin, menegaskan pentingnya proses peninjauan ulang terhadap proyek-proyek pembangunan yang sempat terhenti, khususnya dalam aspek pengadaan barang dan jasa serta legalitas administratifnya. […]

Read more
Makassar SULSEL TNI / POLRI

Dialog Santai Bersama Kapolda Sulsel, Terbuka Terhadap Kritik, Komitmen Dukung Iklim Usaha di Sulsel

MAKASSAR, EDELWEISNEWS.COM – Kapolda Sulawesi Selatan, Irjen Pol. Drs. Rusdi Hartono, M.Si menggelar dialog santai bertajuk “Potret Diri: Refleksi & Pandangan Berbagai Elemen Masyarakat Terhadap Polda Sulsel” bersama berbagai pihak, termasuk Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulsel, Harmansyah, S.E., pada Senin pagi (2/6/2025). Kegiatan yang berlangsung dalam suasana penuh keterbukaan ini turut […]

Read more
Makassar SULSEL

Pemkot Makassar Berkolaborasi dengan Hotel MYKO, Beri Bantuan Makan Bergizi Gratis untuk Anak Stunting dan Ibu Hamil

MAKASSAR, EDELWEISNEWS.COM – Pemerintah Kota Makassar melalui Dewan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan (TJSLP) menjembatani penyaluran bantuan makanan bergizi dari Hotel MYKO Makassar. Bantuan ini ditujukan bagi anak-anak stunting dan ibu hamil di wilayah Kecamatan Panakkukang. Penyerahan bantuan dilakukan secara simbolis oleh Manager Marketing Group MYKO Hotel dan Mall Panakukkang, Naomi Karolina, bersama General […]

Read more