
JAWA TIMUR, EDELWEISNEWS.COM – Unjuk rasa di Bumi Cenderawasih membuat kesibukan tersendiri di Surabaya, Jawa Timur. Pertemuan sejumlah elemen di daerah itu hingga dua kali digelar, kemarin dan tadi malam.
Pasalnya, isu pengusiran mahasiswa Papua dari asrama di Jalan Kalasan Surabaya menjadi pemicu demontrasi besar-besaran di Manokwari dan Jayapura.
Bahkan, aksi di Manokrawi berujung aksi anarkistis berupa pembakaran Gedung DPRD Papua Barat.
Karena itu, Ikatan Keluarga Besar Papua Surabaya, Pemprov, dan Polda Jawa Timur menggelar pertemuan tertutup di Kantor Polda Jatim untuk meredam aksi di bumi Papua.
Ketua Ikatan Keluarga Besar Papua Surabaya Pieter Frans Rumaseb memastikan warga Papua di Surabaya dalam kondisi aman.
“Mama di Papua dan Papa di Papua dan semua saudara saya di Papua, kami semua di sini aman. Anak-anak kuliah juga aman, tidak usah khawatir yang berlebihan. Kita semua di sini anak-anak Ibu Pertiwi,” kata Frans di Kantor Polda Jatim, kemarin.
Dia juga membantah kabar adanya pengusiran mahasiswa Papua dari asrama di Jalan Kalasan Surabaya, serta menyatakan bahwa foto mahasiswa Papua yang tewas dan menyebar di media sosial itu tidak benar.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menyampaikan permintaan maaf kepada Gubernur Papua Lukas Enembe. “Saya langsung telepon ke gubernur dan menyampaikan permintaan maaf,” ujar Khofifah, kemarin.
Menurut Khofifah, kejadian ini bukan suara Jatim. Harus dibedakan letupan bersifat personal dengan apa yang menjadi komitmen Jatim.
“Mari jaga NKRI, persatuan dan kesatuan tetap tidak bisa ditawar lagi,” ujarnya.
Pihak Polda Jatim pun menegaskan tidak ada anggotanya yang mengucapkan kata-kata rasial saat mengamankan 43 mahasiswa Papua terkait adanya temuan pembuangan bendera merah putih di depan asrama Papua di Surabaya, Jumat (16/8).
Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Frans Barung Mangera mengatakan, polisi tidak menahan mahasiswa Papua. Pihaknya hanya mengamankan puluhan mahasiswa Papua agar tidak terjadi bentrokan dengan organisasi masyarakat.
Walikota Surabaya Tri Rismaharini menampik isu pengusiran mahasiswa Papua. “Itu tidak betul. Kabag Humas saya dari Papua, dan beberapa camat serta pejabat juga dari Papua,” kata Risma di Jakarta, kemarin.
Sementara itu, Walikota Malang Sutiaji menyatakan tidak pernah membuat pernyataan akan memulangkan mahasiswa Papua yang kuliah di Malang.
Atas kejadian bentrokan antara mahasiswa Papua dan warga, Walikota Malang meminta maaf. “Saya mohon maaf sebesar-besarnya.” (MI)
Editor : Jesi Heny