PALOPO, EDELWEISNEWS.COM – Bagi masyarakat yang seringmelintas di Jalan Trans Sulawesi, tepatnya di tapal batas Kota Palopo dan Kabupaten Luwu pada bagian utara, maka akan terbiasa melihat deretan lapak penjual kue tradisional Torri. Deretan lapak penjual tersebut memiliki cerita dan suka duka tersendiri.
Para pemilik lapak tersebut memulai usahanya saat matahari belum terbit. Sebagaimana diungkapkan Rahma salah seorang pemilik lapak. Dia mengaku mulai berjualan selepas shalat subuh sampai dini hari menjelang. Namun, lain lagi dengan Nurmala Sari dan Harmiyanti yang memilih membuka lapak mereka pada pukul 07.00 pagi.
Untuk memudahkan dalam melayani para pembeli, pihak penjual harus membagi shift berjualan. Maklum kebanyakan pembeli adalah mereka yang melintasi kawasan tersebut, mulai dari pengendara motor roda dua sampai bus penumpang antar dan kota antar provinsi.
Kue Torri khas jembatan miring memang sudah beberapa tahun ini menarik minat masyarakat dan termasuk pengguna jalan yang melintas. Proses pembuatannya menggunakan pisau dengan memotong memanjang cetakan adonan kue torri sebelum akhirnya dimasukkan kedalam penggorengan.
Kue tersebut berbahan dasar tepung beras, gula merah, vanili, biji wijen dan minyak goreng, kue torri mampu memanjakan lidah penikmatnya.
Meski baru beroperasi dalam empat tahun terakhir, namun bisnis kue torri telah menambah mata pencarian bagi warga setempat.
Ibu Rahma kembali bercerita, dengan modal Rp500 ribu serta peralatan seadanya, dia memberanikan diri membuka bisnis kue yang rasanya tersebut. Dengan modal tadi, dia mampu mengemas sebanyak 60 pack kue torri yang dijual dengan kisaran harga Rp15 ribu – 18 ribu per pack.
“Kalau pembeli lagi ramai, kami bisa meraup keuntunhan per hari mencapai Rp200 ribuan, tapi jika pas sepi terkadang hanya meraih Rp100 ribu atau bahkan tidak ada sama sekali,” tutur Ibu Rahma. Jika weekend kue torri jualan mereka laris manis.
Dengan ramah Ibu Rahmah kembali bercerita, bahwa kue torri asal jembatan miring bukan hanya dinikmati oleh masyarakat Palopo, namun juga sudah melanglang buana ke sejumlah daerah di Pulau Sulawesi, khususnya wilayah Sulawesi Tenggara.
Hal senada diutarakan oleh Nurmala Sari yang mengaku bahwa pembeli akan ramai saat akhir pekan. “Tapi kami bersyukur karena jika bulan Ramadhan, kami kebanjiran order. Tapi jika musim buah-buahan tiba, pendapatan kami sedikit menurun,” urai ibu empat orang anak tersebut.
Dari hari ke hari kue torri makin diminati, hingga wajar saja, pelapak di kawasan itu pun sudah mencapai sekitar 50 lapak, namun bukan berarti mereka tidak terjerat dengan permasalahan.
Kue torri hanya bisa bertahan dalam waktu sepekan. Ia berharap ada modifikasi dan upaya yang dapat membantu supaya masa masa kedaluarsa kue torri bertambah hingga dapat dibawa dan dinikamti dalam waktu yang lama.
“Selama ini kami menggunakan kemasan sederhana, sehingga ketahanan kue sangat terbatas, semoga kedepannya akan ada bantuan pola pengemasan yang lebih baik,” harapnya.
Berkaitan dengan sejumlah masalah yang mereka hadapi, Kadis Perindustrian Kota Palopo Akkaseng mengatakan jika pihaknya telah merumuskan sejumlah solusi atas permasalahan tersebut. Dalam hal permodalan, pihaknya telah merancang forum untuk mempertemukan pihak perbankan dengan para pedagang kue torri, dengan harapan mereka dapat mengakses bantuan permodalan dari perbankan yang mudah dan terjangkau.
Terkait pemasaran, Akkaseng juga menuturkan perlunya pembangunan sentra penjulan kuliner khas daerah, dengan menempatkan mereka pada lokasi yang strategis. Pihaknya juga sementara mencari peluang agar produksi kue torri dapat tembus dan terpajang pada etalase swalayan yang ada di daerah, i termasuk melakukan upaya pendampingan dan pelatihan berkesinambungan kepada para pedagang untuk meningkatkan kualitas produksi mereka.
“Saya berharap agar pedagang tidak hanya fokus pada satu jenis kue saja, melainkan dapat beragam. Terkait pengemasan, kami masih memiliki keterbatasan karena belum memiliki alat yang lebih modern untuk mendukung proses pengemasan yang lebih baik,” terangnya.(*)
Editor : Anisah