Tentang Payung
Sore ini sebelum melangkahkan kaki keluar rumah menuju masjid Al Muhajirin dalam Komp. Unhas Antang, tiba tiba gerimis. Ketika hujan turun maka yang terlintas adalah Teddung (baca; Payung).
Sebelum magrib, saya sudah menulis konsep sebuah tulisan tentang “Cappadocia (kapadokia)“. Sebuah daerah Anatolia Tengah, di Provinsi Nevşehir di negara Turki modern.
Konsep tulisan ini tertunda karena yang mendesak tentang hujan dengan payung, maka penulusuran pun dimulai di google.
SEBAIKNYA ANDA TAHU ASAL MULA PAYUNG
Hasil bacaan penulusuran didapatlah bahwa, Payung telah ada selama hampir 4.000 tahun lamanya. Alat ini pertama kali ditemukan di wilayah Mesopotamia yang bersejarah di Asia Barat.
Pada masa itu, matahari adalah musuh utama manusia dibandingkan dengan hujan, itulah sebabnya payung besar (parasol) muncul untuk melindungi diri dari ancaman matahari.
Dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa ide awal munculnya alat pelindung (payung) bukan karena hujan tetapi karena kemarau.
Payung yang muncul ini pertama kali dibuat dari daun palem, papirus, dan bulu merak.
Secara eksklusif, payung disediakan untuk kelas atas di Mesir kuno dan wilayah Mesopotamia.
Meski begitu, produk ini sangat berat sehingga seringkali harus dibawa oleh beberapa orang.
Beberapa juga tulisan yang menyebut bahwa Payung juga ditemukan di China pada abad pertengahan, yang terbuat dari batang bambu, serta ditutupi dengan daun dan bulu.
Secara Etimologis dalam bahasa Prancis, parapluie berarti payung, dengan para berarti perlindungan.
Sedangkan dalam bahasa Inggris, umbrella memiliki latin umbrayang berarti “bayangan”, sehingga punya kaitan langsung dengan pendahulunya yaitu parasol.
(SINDOnews.com) .
Selanjutnya Payung adalah suatu benda pegang yang digunakan untuk mencegah hujan mengguyur tubuh seseorang.
Juga digunakan untuk menciptakan bayang-bayang dan mencegah terpaparnya orang oleh sinar matahari. Payung yang digunakan untuk menahan cahaya matahari disebut parasol.
Sementara itu dirilis dalam utas artikel CNN Indonesia, menyebut bahwa penemu Payung adalag Lu Ban, seorang Bapak Pertukangan di Tiongkok yang membuat payung pertama di dunia untuk melindungi istrinya tercinta dari hujan yang kerap mengguyurnya saat mengantarkan makanan untuk Lu Ban.( baca “Asal Muasal Payung, dari Tiongkok ke Seluruh Dunia” https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup).
Sementara produksi pabrik payung pertama didirikan di Baltimore Maryland pada tahun 1928.
Dan perkembangan payung terjadi pada abad ke-16, keberadaan payung menjadi populer terutama di negara-negara Eropa Utara yang memang kerap sekali turun hujan. Semula payung hanya dianggap sebagai aksesoris kaum wanita.
Lalu seorang petualang dan penulis Persis, Jonas Hanway (1712 – 1786), dengan percaya diri sering membawa payung di depan publik, sehingga menggoda keberadaan payung untuk dipakai juga oleh pria.
Begitu populernya payung sehingga para pria di Inggeris menyebut payung itu sebagai “teman jalan”.
Payung-payung generasi awal di Eropa dibuat dari kayu atau tulang paus dan ditutup kain kanvas yang diberi minyak. Sebagai penarik diberi sentuhan seni dengan gambar warna-warni dan gagang yang melengkung terbuat dari kayu keras, macam kayu eboni, dan sebagainya.
Sampai akhirnya pada tahun 1852, Samuel Fox menemukan rangka besi guna menyangga kain payung. Sejak saat itu selanjutnya teknik desain payung lebih terfokus pada cara bagaimana menemukan teknologi menutup atau melipat payung itu agar lebih praktis saat dibawa.
PAYUNG TERSEDIA SEBELUM TURUN HUJAN
Kita pasti sudah tidak asing dengan kalimat ‘sedia payung sebelum hujan‘ ? makna kalimat itu : kita harus mempersiapkan dan jaga-jaga sebelum sesuatu terjadi, yang dalam hal ini adalah hal buruk yang tidak kita inginkan.
Makna lainnya adalah ;
1). Karena dalam hidup, ketidak pastian itu selalu ada. Tidak ada yang pasti makanya selalu ada prakiraan cuaca.
2). Supaya kita bisa semakin sadar dan waspada dalam hidup
3). Agar punya rencana alternatif
4). Supaya tidak ada penyesalan di kemudian hari
Musim hujan Komp. Unhas Antang, 12 Januari 2022.