TANA TORAJA, EDELWEISNEWS.COM – Program Gammara’Na yang digagas oleh Gubernur Sulsel Prof. Nurdin Abdullah untuk penurunan stunting anak di Sulsel, sudah berjalan tiga bulan di wilayah kabupaten lokus. Kabupaten Tana Toraja termasuk salah satu wilayah lokus intervensi dengan menempatkan konselor gizi di desa.
Untuk mengetahui efek program Gammaran’Na dan meningkatkan kemampuan pendamping, Pemprov Sulsel melakukan Bimtek dan Monev di Kabupaten Toraja tanggal 19-21 November 2020 yang difasilitasi tim ahli Prof. Arlin Adam dan Dr. Andi Alim.
Dalam Bimtek dengan Dinas Kesehatan Tana Toraja dan konselor gizi ditemukan hambatan prinsipiil pencegahan dan penanggulangan stunting, yaitu terbatasnya sumber daya yang tersedia di desa, khususnya anggaran dalam melakukan aktivitas yang berorientasi pemberdayaan masyarakat.
Menurut Prof. Arlin Adam, sumber daya anggaran di desa sesungguhnya dapat dialokasikan dari dana desa sebagaimana Peraturan Kementerian Desa. Tantangannya memang para kepala desa membutuhkan landasan kebijakan operasional di tingkat kabupaten dalam bentuk peraturan bupati. “Untuk menopang aksi-aksi penanggulangan stunting di desa agar menjadi lebih lancar dan sinergis, diharapkan pemerintah Kabupaten Tana Toraja dapat menyusun peraturan bupati mengenai penanganan stunting,” ujar Prof Arlin.
Lebih lanjut Prof. Arlin Adam menegaskan, Perbup stunting bukan hanya mendorong pengalokasian dana desa, tetapi dapat juga digunakan oleh OPD-OPD terkait penanganan stunting dalam perencanaan dan penganggaran program. Ketika semua OPD memprogramkan penanganan stunting, maka tercipta konvergensi program stunting yang bisa bermuara pada penurunan prevalensi stunting dalam waktu singkat.
Sementara Andi Alim selaku anggota Tim Ahli percepatan stunting Sulsel berharap agar para konselor gizi di desa secara kreatif memanfaatkan potensi lokal dalam menghasilkan inovasi-inovasi yang di butuhkan oleh masyarakat. (Rilis)
Editor : Jesi Heny