MAKASSAR, EDELWEISNEWS.COM – Pandemik Covid-19 sudah menjadi ancaman konstan. Hal ini mengharuskan setiap orang untuk dapat hidup berdampingan dengan virus tersebut. Seperti yang sedang digagas sekarang yakni memasuki era new normal yaitu kehidupan normal dengan cara-cara yang baru.
Bahkan, Dinas Kesehatan Sulsel mempersiapkan skenario penormalan kehidupan baru melalui peningkatan imunitas individu dengan perilaku sehat atau behavioural immunity.
Sebenarnya ada dua pendekatan normalisasi kehidupan masyarakat yaitu herd immunity (kekebalan populasi) yang bisa ditempuh dengan cara vaksinasi atau cara alamiah dan behavioural immunity. Oleh karena vaksin belum tersedia, sementara membiarkan terjadinya kekebalan populasi sangat berisiko terhadap penanganan kasus.
“Maka kami memilih pendekatan behavioural immunity sebagai pilihan yang rasional dan relevan,” demikian kata dr. Muh. Ichsan Mustari, Kadis Kesehatan Sulsel.
Lanjutnya, dalam pendekatan ini diharapkan ada intervensi perubahan perilaku secara terencana dan sistematis, sehingga terbentuk pola perilaku pencegahan masyarakat terhadap penularan Covid-19 secara konsisten dan massif. Dengan demikian virus ini akan hilang dengan sendirinya, sebab tidak ada lagi host yang bisa diinfeksi.
Untuk menyiapkan pelaksanaan skenario behavioural immunity, Dinas Kesehatan Sulsel menyelenggarakan Rapid Survey perilaku guna mengukur tingkat kesiapaan masyarakat dalam merespon pandemic Covid-19.
Survey ini akan dipimpin oleh Prof. Dr. Arlin Adam, SKM, M. Si Guru Besar Bidang Promosi Kesehatan beserta tim yang telah mengemukakan pokok-pokok pelaksanaan survei di hadapan Gubernur Sulsel pada tanggal 20 Mei 2020 lalu di Rujab.
Dalam rangka memantapkan teknis survei ini, maka Dinkes Sulsel melaksanakan pertemuan penyusunan desain Rapid Survey perilaku di Hotel Remcy pada tanggal 27 Mei 2020 yang dihadiri oleh seluruh tim peneliti.
Menurut Muh. Husni Thamrin, SKM, M. Kes, Kabid Kesmas, rapid survey diharapkan menghasilkan rekomendasi yang dapat digunakan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat dalam mengembangkan skema-skema pencegahan penularan Covid-19 di era new normal.
Sementara, Prof Arlin Adam menyatakan bahwa survei perilaku ini sangat strategis, karena dalam rancangannya akan dihasilkan pemetaan zona perilaku adaptasi Covid-19 dengan kategorisasi zona resiko, zona intermediate, dan zona aman disertai dengan sejumlah indikator pengukuran.
“Jadi kita tidak lagi berbicara zona epidemis, seperti zona merah, kuning atau hijau, tapi bergeser ke zona perilaku. Karena perilakulah yang menjadi determinan penyebab dan akibat serta dampak dari Covid-19,” ujar Prof. Arlin.
Zonasi perilaku adaptasi Covid-19 sangat bermanfaat bagi pemerintah, dan stakeholder akan menjadi dasar penyusunan dan pengembangan kebijakan-kebijakan pencegahan, sehingga masyarakat bisa hidup secara normal dan aman dari penularan penyakit.
Penulis : Andi Alim
Editor. : Jesi Heny